Mohon tunggu...
Yudi Mahlil
Yudi Mahlil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang

psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

LGBT, Perpektif Psikoanalisa Sigmund Freud

30 Juni 2023   15:12 Diperbarui: 30 Juni 2023   15:16 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep inversi pertama kali tercakup di dalam gagasan yang menjelaskan bahwa hal tersebut adalah tanda bawaan dari adanya degenerasi nerveus (kemunduran syaraf). Karakter ini mengandung dua ciri terpisah yaitu degenerasi dan pembawaan yang menjadi faktor penyebab inversi.

Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel, jaringan, atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya akibat faktor eksternal seperti radioaktif. Penurunan efensiensi tersebut dapat berpengaruh pada hasrat seksual dalam diri seseorang. Sedangkan faktor pembawaan biasanya sering diungkapkan oleh kelompok invert absolut yang percaya bahwa mereka tidak pernah menunjukkan arah dorongan seksual selain berjenis kelamin sama.

Sigmund Freud menganggap degenerasi tidak dapat menjadi faktor penyebab inversi. Menurutnya, invert bukanlah sebuah kemunduran. Pertama, inversi adalah fenomena umum, dan yang kedua inversi dapat ditemukan serta tersebar luas secara tidak umum di antara orang primitif dan liar. Hal tersebut ditinjau dari asumsi bahwa degenerasi hanya terjadi pada kelompok manusia dengan peradaban tinggi, bahkan di antara orang-orang eropa yang beradab dengan iklim dan ras sebagai faktor yang paling kuat dalam distribusi inversi.

Selain degenerasi, Sigmund Freud juga menyangkal opini populer kalangan invert yang mengaggap inversi merupakan sifat bawaan sejak kecil. Dalam antitesis faktor pembawaan, Sigmund Freud memaparkan tiga poin yang mendukung sangkalannya terhadap faktor pembawaan.

Pertama, di antara banyak invert (beberapa di antaranya absolut) memiliki sebuah impresi seksual yang berpengaruh pada awal kehidupan dapat ditunjukkan mempunyai konsekuensi yang kekal pada kecenderungan menuju homoseksualitas.

Kedua, dalam banyak kasus lain dapat terungkap pengaruh luar yang mendorong dan menghambat dalam kehidupan yang telah mengakibatkan cepat atau lambatnya fiksasi inversi. Contohnya adalah persetubuhan eksklusif dengan sesama jenis, kawan seperjuangan saat perang, penahanan di penjara, bahaya penyakit yang mengancam persetubuhan heteroseksual, selibat (pemikiran atau pandangan seseorang yang tidak akan pernah menikah), kelemahan seksual, dan sebagainya.

Ketiga, inversi dapat diakhiri dengan sugesti hipnotis, sehingga akan mengejutkan apabila karakteristik invert merupakan pembawaan. Selain membahas tentang inversi yang fokus dengan jenis kelamin sebagai objek seksual, buku terbitan Ecosystem Publishing tersebut juga membahas secara mendalam tentang jenis inversi lain. Antara lain inversi terhadap hewan sebagai objek seksual, pedofilia, hubungan sedarah, hasrat untuk bercinta dengan orang tua, tabu keperawanan dan seksualitas perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun