Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Kurma

#KINANTI (Kisah Nabi, Selalu Dinanti) Episode 1: Kita adalah Anak Cucu Adam

23 Maret 2023   13:16 Diperbarui: 23 Maret 2023   13:20 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat datang di rubrik baru buatan saya untuk menemani Ramadan Anda tahun ini, yaitu #KINANTI (Kisah Nabi, Selalu Dinanti). Di rubrik ini kita akan membahas kisah 25 Nabi dan Rasul yang dikemas berdasarkan Alquran dan hadis-hadis yang sahih, namun ada sedikit sentuhan kontemporer.

Kita akan mulai dengan kisah manusia pertama, yaitu Nabi Adam a.s.

Anda tentu pernah mendengar istilah "anak adam" atau "anak cucu adam". Sebenarnya istilah ini berarti kita manusia. Anak adam adalah ungkapan resmi dalam bahasa Indonesia yang berarti manusia atau keturunan Nabi Adam a.s. Istilah anak adam bahkan ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Menurut kepercayaan penciptaan tradisional dalam agama Abrahamik, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi, Nabi Adam a.s. dipandang sebagai manusia pertama dan leluhur semua manusia modern. Sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hijr ayat 26, dia diciptakan dari tanah liat kering dan lumpur hitam.

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dan lumpur hitam yang diberi bentuk." (Q.S. al-Hijr: 26)

Nabi Adam a.s. memiliki pasangan, yaitu Hawa. Hawa diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam. Alquran sama sekali tidak menyebutkan nama Hawa secara eksplisit, tetapi kisah menyebutkan namanya sebagai "istri Adam" pada surat al-Baqarah ayat 35-39, al-A'raf ayat 19-25, dan Thaha ayat 117-126.

Ketika Adam dan Hawa diciptakan Allah, mereka berdua tinggal di surga yang di dalamnya tersedia seluruh fasilitas dan kenikmatan. Namun, mereka diusir dari surga setelah memakan buah terlarang. Setelah memakan buah pohon itu, aurat mereka terlihat dan mereka menutupinya dengan dedaunan yang ada di surga. Pasca dikeluarkan dari surga dan terpisah selama 40 hari, Adam dan Hawa kembali dipertemukan oleh Allah SWT di Jabal Rahmah. Jabal Rahmah terletak di bagian timur Padang Arafah di Makkah.

Allah menikahkan Adam dengan Hawa pada hari Jumat setelah tergelincirnya matahari. Inilah pernikahan pertama. Dan oleh karena itu disunahkan menikah pada hari Jumat, karena Jumat adalah hari suci bagi umat Muslim.

Ulama Ibnu Jarir ath-Thabari menyebutkan dalam kitab tarikhnya bahwa Hawa melahirkan anak-anak keturunan Adam sebanyak 40 kali dengan 20 kali kehamilan. Ibnu Ishaq sependapat dengan beliau. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa Hawa mengandung sebanyak 120 kali, dan setiap kali melahirkan selalu kembar yaitu lelaki dan perempuan. Setelahnya, anak cucu Adam dan Hawa terus bertebaran di muka Bumi, dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Maka dari situ, lahirlah istilah "anak adam", karena kita keturunan Nabi Adam a.s.

Sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 1 yang berarti:

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari dirinya; dan dari keduanya, Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak."

Hawa melahirkan dua pasang anak kembar lelaki dan perempuan yang diberi nama Qabil, Iqlima, Habil, dan Labuda.

Allah memerintahkan Adam untuk mengawinkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Qabil dinikahkan dengan Labuda, sedangkan Habil dinikahkan dengan Iqlima. Karena Labuda tidak secantik Iqlima, Qabil merasa iri karena Habil dinikahkan dengan saudari kembarnya yang berparas lebih cantik. Qabil hasad kepada Habil. Habil pun dibunuh. Inilah peristiwa pembunuhan pertama.

Setelah kejadian itu, Allah berfirman dalam Alquran surat al-Ma'idah ayat 32 tentang larangan saling membunuh, yang berarti:

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya."

Hikmah kisah Nabi Adam a.s.:
Manusia harus selalu memperhatikan perintah dan larangan yang datang dari Allah SWT. Jika ada perintah harus diikuti dengan penuh ketaatan, namun jika ada larangan harus segera dihindari, karena setiap perbuatan pastilah ada balasannya. Seperti Nabi Adam yang dibisikkan setan untuk memakan buah terlarang, yang dilarang oleh Allah SWT.

Stay tuned besok karena kita akan membahas kisah Nabi Idris, yang kisahnya tidak dijabarkan dalam Alquran dan namanya hanya disebut dua kali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun