Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

#MendadakDakwah Eps 14: Membiasakan Perilaku Terpuji (Jujur, Sabar, dan Syukur)

16 April 2022   13:33 Diperbarui: 16 April 2022   13:46 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bismillahirrahmanirrahim.

Sesuai janji, di #MendadakDakwah episode 14 ini, kita akan membahas pembiasaan perilaku terpuji. Perilaku terpuji yang akan kita bahas hari ini adalah jujur, sabar, dan syukur.

Muslim harus senantiasa membiasakan perilaku terpuji. Salah satunya adalah jujur, sabar, dan syukur.

Memulai topik ini, saya ingin menanyakan Anda satu pertanyaan. Jika Anda melihat sebuah bola tergeletak di jalan, apakah yang Anda akan lakukan? Mengambil bola itu lalu menanyakan siapa pemiliknya? Atau memberikan bola itu kepada pemiliknya? Pssst, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat Samin di Blora, Jawa Tengah. Bola itu akan terus tergeletak di jalan berhari-hari sampai diambil oleh pemiliknya sendiri.

Suku Samin mendapatkan nama mereka dari kata bahasa Jawa, sami, yang artinya sama. Mereka masih memegang teguh nilai-nilai etika, kejujuran, tidak iri, tidak dengki, dan tidak pernah berprasangka buruk terhadap orang lain. Suku Samin tidak pernah mengucapkan tutur kata yang menyakiti hati orang lain. Mereka selalu sopan santun.

Salah satu hadis tentang kejujuran berbunyi sebagai berikut, yang berarti:
"Dari Abu Bakar as-Siddiq dia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, "Wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Saya pernah mendengarkan sebuah dongeng tentang kejujuran. Ceritanya seorang penebang kayu yang kehilangan kapaknya di tepi danau. Kali ini saya akan membawakan versi saya sendiri.

Suatu hari, hiduplah seorang penebang kayu yang miskin. Ketika sedang menebang kayu, tiba-tiba si penebang kayu tidak sengaja menjatuhkan kapaknya ke sebuah danau. Ketika si penebang kayu menangis, muncullah seorang peri dari dalam danau.

"Mengapa kau menangis, wahai penebang kayu?" tanya peri.

"Kapak saya jatuh ke danau. Padahal, itu satu-satunya sumber penghidupan saya," jawab penebang kayu.

Peri menghilang sejenak, kemudian muncul dengan sebuah kapak perak.

"Kapak yang ini?" tanya peri.

"Bukan," jawab penebang kayu.

Peri kemudian menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kapak emas.

"Kapak yang ini?" tanya peri.

"Bukan," jawab penebang kayu.

Peri kemudian menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kapak kayu.

"Kapak yang ini?" tanya peri.

"Ya," jawab penebang kayu.

"Kau orang yang jujur. Sebagai hadiah kejujuran, akan kuberi kau ketiga kapak ini," kata peri.

Penebang kayu berterima kasih dan pulang ke rumah dengan senang hati sambil menyanyi.

Keesokan harinya, ketika si penebang kayu dan istrinya sedang berjalan di tepi danau, istrinya jatuh ke danau. Penebang kayu pun menangis, dan peri pun muncul dari danau lagi sambil bertanya, "Mengapa kau menangis, wahai penebang kayu?"

"Istri saya satu-satunya yang sangat saya cintai jatuh ke danau, peri," kata penebang kayu sambil sesenggukan.

Peri pun menghilang sejenak ke dalam danau dan muncul dengan Song Hyekyo.

"Inikah istrimu?" tanya peri.

"Ya," jawab penebang kayu.

"Kau berbohong, ke mana perginya kejujuranmu?" kata peri dengan marah.

"Wahai peri, jika saya menjawab bukan, kau akan menghilang ke dalam danau dan muncul lagi dengan Lee Naeun. Ketika saya jawab bukan, kau akan menghilang ke dalam danau dan muncul lagi dengan istri saya. Jika saya jawab ya, saya akan mendapatkan ketiga-tiganya. Saya ini orang miskin, peri. Tidak sanggup saya menghidupi tiga orang istri," kata penebang kayu.

Karena penebang kayu berbohong, peri pun murka, dan penebang kayu tidak mendapatkan istrinya lagi.

MORAL CERITA: Jangan berbohong, karena berbohong bisa merugikan banyak orang.

Selain jujur, seorang Muslim juga harus banyak bersabar, karena orang sabar disayang Allah. Sabar adalah salah satu kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Sabar adalah kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya.

Salah satu dalil tentang sabar ada pada Q.S. al-Baqarah ayat 153, yang berarti:
"Bersabarlah kalian. Sungguh, Allah bersama orang-orang yang sabar."

Ciri-ciri orang sabar:
1. Suka mengalah
2. Mudah memaafkan dan tidak pernah menyimpan dendam
3. Berpikir sebelum bertindak
4. Tidak egois

Allah bersama orang-orang yang sabar. Lebih-lebih lagi saat bulan Ramadan. Ramadan adalah bulannya menahan emosi dan hawa nafsu. Setelah Ramadan selesai, kita harus tetap bersabar dan berusaha tidak julid walaupun itu diperbolehkan di zaman sekarang untuk mengeluarkan negativitas yang ada dalam hati kita.

Muslim juga harus banyak bersyukur. Syukur adalah mengetahui atau menyadari nikmat dari pemberi nikmat, yaitu Allah SWT, bergembira atas nikmat yang diterima, dan melaksanakan apa yang menjadi tujuan pemberi nikmat. Salah satu wujud syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat yang telah Dia berikan adalah menerima takdir dengan ikhlas, lapang dada, dan tidak banyak mengeluh.

Kita harus banyak bersyukur kepada Allah jika kita diberikan nikmat oleh-Nya. Caranya sederhana, yaitu dengan mengucap "alhamdulillah" - segala puji bagi Allah.

Salah satu hadis tentang syukur berbunyi sebagai berikut, dengan arti:
"Jadilah orang yang wara', maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana'ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur." (HR. Ibnu Majah)

Yuk, kita senantiasa jadi hamba Allah yang jujur, sabar, dan banyak bersyukur.

Stay tuned besok karena kita akan membahas adab makan dan minum dalam Islam.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun