Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua Zaman Now, Inilah Pentingnya Mendidik Anak Sesuai Zamannya

7 Februari 2022   12:56 Diperbarui: 7 Februari 2022   13:13 6871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster kutipan yang saya buat sendiri./Dokpri

Bismillahirrahmanirrahim.

Perhatikan kutipan di atas!

Ali bin Abi Thalib r.a., khalifah keempat dalam periode Khulafaur Rasyidin dan menantu Rasulullah SAW, mengatakan "didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu." Apa maksud dari kata-kata tersebut, dan bagaimana cara kita mengaplikasikannya di dunia parenting setelah menikah nanti?

Saya belajar dari beberapa orang tua di dunia yang mendidik anaknya dengan kata "Back in my day..." (Waktu saya kecil dulu...) dan membandingkan kehidupannya di zaman dulu dengan kehidupan anaknya di zaman sekarang yang penuh kenakalan karena terpengaruh keburukan internet dan sosial media.

Sekarang kita tahu bahwa anak kita harus dididik sesuai perkembangan zamannya, seperti dibiasakan mencampur bahasa Indonesia dan Inggris seperti YouTuber zaman sekarang. Gunaya supaya terbiasa jika harus berkomunikasi dengan orang asing dan bekerja di luar negeri. Tetapi, tanpa melupakan kebiasaannya bertutur dalam bahasa Indonesia saat bertegur sapa dengan orang di negara sendiri.

Orang tua dulu menganggap penyakit mental bukan hal yang besar dan bicara tentang seks adalah hal yang tabu. Sekarang? Mental health education dan sex education sangat penting bagi anak. Menjadi orang tua yang perfeksionis akan berpengaruh pada mentalitas anaknya di masa depan. They would think it's not OK to make mistakes, when nobody's perfect dan ada hadisnya: "Manusia adalah gudangnya lupa dan kesalahan." Sedih sekali melihat orang zaman sekarang meremehkan penyakit mental seperti depresi dan anxiety. Saya sendiri adalah pengidap gangguan kecemasan.

Dulu, kecemasan memang dianggap tidak lebih dari sebuah perasaan. Sekarang, kita semua tahu kecemasan adalah penyakit mental yang tidak bisa dianggap lelucon - tidak bisa sembuh sendiri dalam sekejap mata. Bagi orang yang mengatakan kecemasan hanya ada di pikiran kita, mereka salah besar; kecemasan memengaruhi kesehatan fisik kita pula.

Orang tua yang perfeksionis dan menganggap satu kesalahan kecil adalah masalah besar akan memengaruhi kesehatan mental anaknya pula. Banyak anak yang menderita gangguan kecemasan dan depresi karena pola didik orang tuanya yang perfeksionis.

Satu masalah orang tua zaman dulu dalam hal mendidik anaknya yang dibesarkan di zaman sekarang adalah tidak memperbolehkan julid. Julid artinya mengeluarkan semua unek-unek di pikiran seseorang dengan cara mengatakan hal negatif untuk melegakan diri.

Menurut saya, anak zaman sekarang diperbolehkan untuk julid. Jika ada yang dia rasa tidak sesuai dengan hatinya, dia bebas mengeluarkan unek-uneknya. Kita semua hanya manusia, pasti berperasaan. Kita bukan robot yang dituntut hanya memiliki satu perasaan. Kita tidak bisa terus-terusan positif. Orang yang terus memaksa dirinya berpikir positif akan mengidap toxic positivity. Ini akan berdampak pada kesehatan mental anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun