Di Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, terdapat Museum Asi Mbojo, bekas Istana Kesultanan Bima yang sekarang beralih fungsi menjadi museum. Istana ini merupakan monumen fisik terakhir Kesultanan Bima. Koleksinya banyak sekali, mulai dari 26 koleksi numismatika (mata uang), tiga buah koleksi heraldika (tanda pangkat), 18 koleksi keramonologika (pecah belah dan gerabah), dll. yang menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Bima.
Dan jika ingin menikmati surga bahari, setiap akhir pekan, masyarakat Kota Bima suka pergi ke Pantai Kolo di Kecamatan Asakota.
Kesimpulannya adalah, banyak sekali potensi wisata NTB yang harus digali lebih dalam lagi, tidak hanya di Lombok namun juga di Sumbawa. Di Sumbawa kita dapat menemui rumah-rumah yang dibangun oleh orang terampil dari bahan-bahan alam, istana peninggalan kerajaan, padang sabana di kaki Gunung Tambora, dan pantai dengan fenomena laut terbelah seperti pada zaman Nabi Musa.
Dan itulah 10 kabupaten dan kota yang membentuk NTB.
3. NTB dari Segi Sosial-Budaya
Sekarang kita akan berkenalan dengan empat suku asli NTB yang membentuk provinsi ini. Mereka adalah suku Sumbawa, Bima, Bali, dan Sasak. Keempatnya hidup berdampingan dengan suku-suku transmigran seperti Jawa, Sunda, dan Melayu.
Suku Sumbawa mendiami pulau terbesar di NTB, yaitu Pulau Sumbawa. Mereka menyebut diri mereka Tau Samawa dan bertutur dalam bahasa Sumbawa. Pada zaman dulu, suku Sumbawa pernah membangun kerajaan yang kemudian menjadi Kesultanan Sumbawa yang kemudian dibubarkan oleh pemerintah pusat pada tahun 1959 sehingga dibentuklah Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Sumbawa tanggal 22 Januari 1959. Mayoritas dari mereka beragama Islam, namun ada juga yang beragama Hindu, Buddha, dan ada juga yang menganut kepercayaan asli Sumbawa, Doii Donggo. Ada juga yang animis.
Suku Sumbawa terkenal dengan permainan tradisional karaci, yaitu permainan menggunakan sebuah tongkat yang dinamakan sesambu dan perisai berbahan kulit kambing atau kerbau. Permainan ini diiringi oleh gerakan tarian petarung untuk memulai karaci disertai perlawanan pantun agar mendapatkan lawan bertarung.