Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenali Indonesiamu! Episode 13: Jawa Barat, Lebih dari Sekedar Budaya Sunda

10 September 2024   23:40 Diperbarui: 8 Oktober 2024   19:44 2120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Dia lalu bertapa di gunung dan berdoa kepada para dewa. Dewa-dewa di kahyangan kemudian memberinya hadiah, di mana dia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Sementara itu, Sangkuriang teramat rindu pulang ke negaranya. Di sana, dia menemukan seorang gadis yang berparas cantik jelita. Gadis itu tak lain adalah Dayang Sumbi, ibunya sendiri. Sangkuriang pun meminang Dayang Sumbi, yang dia terima karena di samping parasnya yang rupawan, tindak-tanduknya juga baik.

Ketika pesta hendak dilangsungkan, Sangkuriang pamit kepada Dayang Sumbi karena ingin berburu di hutan. Ketika Dayang Sumbi tengah membetulkan ikat kepala Sangkuriang, dia mengenali bekas luka di kepala Sangkuriang. Dia tersadar bahwa calon suaminya adalah anaknya sendiri! Oleh karena ingin menggagalkan pernikahan mereka, Dayang Sumbi mengajukan beberapa permintaan yang sulit kepada Sangkuriang, yaitu membendung Sungai Citarum dan membuatkan perahu besar untuk menyeberangi sungai tersebut.

Dan parahnya, kedua syarat itu harus sudah terpenuhi sebelum fajar tiba. Setelah bertapa, memohon bantuan dari para dewa, Sangkuriang membuat perahu yang cukup besar. Dayang Sumbi pun tak kalah gencar memohon agar sang mentari terbit lebih awal. Dewa mengabulkan permohonan Dayang Sumbi, dan fajar pun datang lebih cepat. Sangkuriang kesal karena tidak bisa memenuhi keinginan Dayang Sumbi, wanita yang dicintainya. Dia pun menjebol bendungan yang baru saja dibangunnya dan menendang perahunya hingga terlempar jauh dan terbalik. Perahu tersebut lambat laun berubah menjadi sebuah gunung.

Dan begitulah asal-usul Gunung Tangkuban Parahu. Hingga kini, gunung ini menjulang tinggi di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang.

Segmen terakhir, yaitu pahlawan nasional dari Jawa Barat. Ini dia mereka:
- Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
- Dewi Sartika
- Otto Iskandardinata
- K.H. Zaenal Mustofa
- R.E. Martadinata
- K.H. Ahmad Sanusi

Salah satu di antaranya, yaitu Otto Iskandardinata atau Otista, berkontribusi penting bagi kemerdekaan Indonesia. Otista terlibat aktif dalam menyusun Undang-undang Dasar 1945 dan mengusulkan Ir. Soekarno sebagai Presiden Indonesia. Beliau juga berperan penting dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang menjadi cikal-bakal TNI. Selain itu, Otista juga menjadi pemimpin Paguyuban Pasundan, organisasi yang berperan penting dalam bidang pendidikan, sosial budaya, dan politik di Jawa Barat.

Otista dijuluki "Si Jalak Harupat" karena keberanian dan kecerdasannya dalam berpidato dan membela kepentingan rakyat. Nama julukan tersebut diabadikan sebagai nama salah satu stadion sepak bola ternama di Kota Bandung, yaitu Stadion Si Jalak Harupat. Nama Otista juga diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Kota Bandung yang membentang dari Toko Wijaya di dekat Alun-alun Kota Bandung hingga Lapangan Tegalega.

Fiuh! Kita berhasil membahas hal-hal tentang Jawa Barat yang terlalu banyak untuk dibahas hanya dalam sehari. Saya bersyukur bahwa saya bertahan selama tujuh hari menulis artikel ini dan tidak terkena mental. Secara Jawa Barat merupakan salah satu provinsi big guys dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, jadi banyak sekali hal yang akan kita bahas. Oho, dan anggota asal Jawa Barat yang tergabung dalam subdivisi Jawa, divisi Indonesia skuad perlindungan Bluebell City milik Walikota Joost Klein di "A Musical Revolution 3", adalah Shinta Puspita dari Majalengka.

Stay tuned! Episode depan akan membahas Jawa Tengah. Seperti Jawa Barat, episode Jawa Tengah akan memiliki banyak pembahasan sehingga tidak mungkin selesai dalam sehari. Mungkin bagi orang awam, pembahasan tentang Jawa Tengah hanya semudah mengatakan Jawa Tengah adalah rumah bagi orang Jawa, namun eits, tidak semua orang Jawa sama.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun