Sayangnya pada 12 Januari 2021, Mas Odi merenggut nyawa dikarenakan serangan jantung. Hingga kini peristiwa tersebut masih menjadi salah satu kejadian tersedih yang menimpa keluarga mama saya. Dan hingga kini, Mbak Ita dan kedua anaknya menetap di Kota Depok, sekomplek dengan kedua orangtua dan adik-adiknya, yang saya panggil Mbak Uwi dan Mbak Dini.
Dan sejujurnya saya juga tidak tahu banyak tentang Jambi, karena memang saya tidak pernah ke Sumatera dan hanya pernah berwisata di Pulau Jawa dan ke Bali seumur-umur hidup. Dari Mbak Ita-lah saya mengenal Jambi, itu pun hanya beberapa hal tentang provinsi tersebut saja.
Jadi untuk yang lebih detailnya, saya menghabiskan waktu untuk melakukan research lewat sumber seadanya, yaitu buku dan internet.
Sekian sharing kecil-kecilan tentang keluarga saya yang pernah tinggal di Jambi, sekarang kita lanjutkan pembahasan.
Suku bangsa yang mendiami Jambi ada banyak, seperti suku Melayu Jambi, Batin, Penghulu, Pindah, Kerinci, dan Anak Dalam. Namun untuk mempersingkat waktu, kita hanya akan membahas dua, yaitu suku Melayu Jambi dan suku Anak Dalam.
Suku Melayu Jambi hampir tiada bedanya dengan suku Melayu yang mendiami daerah-daerah lain di Sumatera. Mereka menjalankan prinsip bilateral dengan menempatkan faktor keluarga batih sebagai dasar perhitungan hubungan kekeluargaan dari pihak ibu maupun ayah, yang disebut dengan sanak. Seorang kepala desa di kalangan orang Melayu Jambi disebut datuk.
Setiap 2 Juli selalu diperingati sebagai Hari Adat Melayu Jambi.
Suku Anak Dalam dikenal dengan beberapa nama, seperti suku Kubu atau Orang Rimba. Mereka hidup di kawasan hutan dataran rendah di wilayah Sumatera bagian tengah, khususnya Jambi. Mayoritas di antara mereka masih menganut animisme atau kepercayaan tradisional. Namun, ada beberapa keluarga suku Anak Dalam yang sudah menganut agama Kristen atau Islam. Kebiasaan mereka berburu, meramu, dan bercocok tanam.
Salah satu adat istiadat yang dilakukan oleh Orang Rimba adalah belangun, atau mengembara untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain yang jaraknya relatif jauh karena adanya kematian.
Film "Sokola Rimba" karya Miles Films menceritakan tentang kisah nyata Butet Manurung, seorang guru yang mengajar anak-anak suku Anak Dalam di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Mereka tidak bersekolah formal, dan Butet sengaja turun ke hutan untuk membantu anak-anak Rimba belajar membaca dan menulis seperti orang kota. Di film "Sokola Rimba", Butet Manurung diperankan oleh aktris Prisia Nasution.