Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenali Indonesiamu! Episode 3: Sumatera Barat, Ranah Minang Rancak Bana

19 Agustus 2024   19:03 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:14 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suku Minang atau Minangkabau berasal dari Dataran Tinggi Minangkabau, Sumatera Barat. Saat ini, persebaran etnik suku Minang meliputi seluruh dataran Sumatera Barat, sebagian Riau, Bengkulu bagian utara, Jambi bagian barat, pantai barat Sumatera Utara, pantai barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia.

Suku Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Kebalikan dari patrilineal yang dianut suku Batak di Sumatera Utara, matrilineal yaitu sistem kekerabatan di mana garis keturunan keluarga berasal dari pihak ibu. Bagi orang Minang, ibu adalah pewaris harta pusaka keluarga. Garis keturunan keluarga Minang dirujuk pada ibu dan klan/marga diwariskan oleh ibu, sedangkan ayah dianggap tamu dalam keluarga.

Salah satu stereotipe yang melekat erat dalam suku Minang adalah pelit. Pelit artinya sikap tidak suka berbagi kepunyaan dengan orang lain. Stereotipe bahwa orang Minang pelit dikarenakan mereka pandai berdagang dan berhitung sehingga sikap penuh perhitungan tersebut membuat orang salah menilai. Jujur saja, teman-teman Minang kita sudah capek mendengar stereotipe tersebut.

Masyarakat Minang adalah pemeluk agama Islam. Islam diperkirakan masuk ke Sumatera Barat melalui kawasan pesisir timur Sumatera, walaupun ada anggapan agama tersebut masuk dari pesisir barat, terutama dari kawasan Pariaman. Namun, kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Indragiri di Riau yang berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, sebagaimana dinyatakan dalam pepatah, "Adat manurun, syarak mandaki" (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sedangkan agama datang dari pesisir ke pedalaman).

Film "Onde Mande!" yang tayang tahun lalu di bioskop menggambarkan representasi budaya suku Minang secara akurat. Hampir seluruh dialog filmnya menggunakan bahasa Minang, dan dibintangi Shenina Cinnamon, Emir Mahira, Jajang C. Noer, Jose Rizal Manua, Shahabi Sakri, Ajil Ditto, Musra Dahrizal, dll.

Suku Minang, kelompok demografis terbesar di Sumatera Barat. (sumber: Universitas Airlangga)
Suku Minang, kelompok demografis terbesar di Sumatera Barat. (sumber: Universitas Airlangga)
Senjata tradisional Sumatera Barat yaitu karih. Karih adalah senjata tradisional mirip keris dengan ujung yang sama tajam di kedua sisi. Bentuknya sangat khas dan dapat dengan mudah dibedakan dari jenis senjata lainnya, karena bentuknya tidak simetris, menyebar di pangkal dan meruncing ke atas. Bilahnya lebih dominan melengkung jika dibandingkan dengan keris, membentuk kesenian khas Minangkabau.

Karih, senjata tradisional Sumatera Barat. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)
Karih, senjata tradisional Sumatera Barat. (sumber: Perpustakaan Digital Budaya Indonesia)

Dari segi seni budaya, suku Minang sarat akan lagu, musik, dan tari. Dewasa ini mungkin Anda familiar dengan lagu-lagu pop Minang yang diputar di restoran-restoran Padang. Namun, lagu daerah Sumatera Barat yang terkenal yaitu "Ayam den lapeh", "Kampuang nan jauh di mato", dan "Kambanglah bungo".




Dua tarian tradisional Minang yang paling terkenal adalah tari piring dan tari dinding badinding.



Kedua tarian tersebut, dan beberapa tarian tradisional Minang lainnya, biasanya diiringi dengan alat musik saluang dan talempong.



Rumah adat suku Minang adalah Rumah Gadang, yang telah menjadi ikon tersendiri bagi Provinsi Sumatera Barat dan terkenal karena bentuk atapnya yang unik. Inilah gambar Rumah Gadang yang saya gambar sendiri di Adobe Photoshop beserta deskripsi singkatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun