Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Film

7 Rekomendasi Film Anak/Keluarga Indonesia untuk Menemani 4th of July Anda (Bagi Anda yang Kangen Film Indonesia Selama di Amerika Serikat)

4 Juli 2024   12:48 Diperbarui: 4 Juli 2024   12:56 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini, tanggal 4 Juli 2024, teman-teman kita di Amerika Serikat merayakan Hari Kemerdekaan, atau yang mereka kenal sebagai 4th of July. Memang, Amerika Serikat merdeka dari Inggris pada 4 Juli 1776, setelah Deklarasi Kemerdekaan ditandangani di Philadelphia, Pennsylvania.

Memang, kita tidak merayakan 4th of July, namun bagi Anda orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat dan kangen film-film Indonesia, saya akan merekomendasikan tujuh film anak/keluarga underrated untuk ditonton bersama keluarga Anda. Beberapa di antaranya sudah saya tonton. Ini dia:

1. Joshua Oh Joshua (2001)
Yang ini film anak Indonesia yang sungguh underrated. Bila dibanding dengan film "Petualangan Sherina", "Joshua Oh Joshua" mungkin tidak banyak penontonnya, namun saya tahu orang yang menonton film ini. Jadi ceritanya, Jojo (Joshua Suherman) dan Jejen (Mega Utami) adalah sepasang sahabat. Sehari-hari, mereka mencari penghasilan dengan mengamen dan membawakan barang belanjaan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Walaupun miskin, Jojo sangat rajin belajar dan selalu ranking satu di sekolah.

Jojo tinggal bersama ibu angkatnya yang kejam, Bu Nani (Cut Keke), dan suaminya, Pak Gito (Eeng Saptahadi). Ketika masih bayi, Jojo diambil oleh Mpok Ati (Inggrid Widjanarko), seorang wanita dengan gangguan jiwa. Mpok Ati meninggal ditabrak mobil, dan saat itulah Pak Gito dan Bu Nani menemukan Jojo kecil. Orang tua kandung Jojo, yang diperankan Anjasmara dan Desy Ratnasari, adalah orang kaya yang baik hati, sedangkan Jojo dibesarkan oleh keluarga miskin.

Film "Joshua Oh Joshua" diproduksi oleh Rapi Films dan diproduseri oleh Gope T. Samtani.

2. Denias, Senandung di Atas Awan (2006)
Pasangan sineas Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen gencar mengangkat tema Papua di sejumlah film mereka. Salah satunya adalah "Denias, Senandung di Atas Awan". Ceritanya tentang Denias (Albert Fakdawer), seorang anak suku Dani di Papua yang berjuang mendapatkan pendidikan yang layak. 

Mereka sempat diajari oleh seorang guru dari Jawa (Mathias Muchus) yang tiba-tiba harus pulang ke kampung halamannya untuk menemani istrinya yang sakit keras. Mereka juga sempat diajari oleh Maleo, seorang tentara relawan dari Jakarta, Indonesia yang sering berpindah-pindah tugas.

Film ini diperankan oleh Albert Fakdawer, Michael Jakarimilena, Audrey Papilaya, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, serta merupakan debut akting Pevita Pearce, yang kala itu berusia 14 tahun. Albert, yang merupakan juara kedua AFI Junior musim pertama di Indosiar, berusia 13 tahun ketika berperan di film "Denias, Senandung di Atas Awan". Kini usianya 31 tahun dan diketahui masih menyihir dunia dengan suara merdunya.

3. Liburan Seruuu...!! (2008)
Masih produksi Alenia Pictures, film "Liburan Seruuu...!!" merupakan kerjasama dengan salah satu produk susu anak di Indonesia. Film ini berkisah tentang empat orang anak, yaitu Nala, Tama, dan dua sepupu mereka, Reno dan Inka, yang berkunjung ke peternakan Tante Canda, bibi kesayangan mereka, di Ambarawa, Kabupaten Semarang, untuk pertama kalinya tanpa pengawasan orangtua. Momo, kakak angkat Nala dan Tama, ikut mereka.

Petualangan mereka dimulai saat Baja, teman mereka, memberikan Nala sebuah peta misterius. Namun, ketika Inka diculik, banyak momen gila yang Nala dkk lalui bersama.

Film ini dibintangi oleh Ken Nala Amrytha, Raja Intan Permata, Quinsha Jasmine Haq, Arsenna Mochamad Rahadi, Minus Karoba, Donny Damara, Ira Wibowo, Cynthia Lamusu, Berliana Febrianti, dan Alvin Adam. Ketika mereka membintangi film ini, Nala, Raja, Quinsha, dan Senna masih anak-anak. Sekarang pastinya mereka sudah dewasa.

4. Ambilkan Bulan (2012)
Judul film ini diambil dari salah satu lagu anak populer ciptaan almarhum A.T. Mahmud. Ceritanya, Amelia, seorang gadis cilik berusia 10 tahun yang kesepian karena ibunya bekerja sebagai manajer HRD di sebuah perusahaan swasta di Jakarta dari pagi hingga malam. 

Semenjak kematian suaminya, Ratna menjalankan tugasnya sebagai ibu tunggal bagi Amelia yang anak tunggal. Karena kesepian, Amelia mencari teman lewat sosmed, yang mempertemukannya dengan Ambar, sepupunya dari pihak ayahnya.

Ketika liburan tiba, Amelia mengunjungi Ambar di desanya, di mana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan keluarga besar ayahnya. Bersama Ambar dan ketiga temannya: Pandu, Kuncung, dan Hendra, Amelia menikmati kehidupan desa yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan kota. 

Hingga suatu hari mereka tersesat di sebuah hutan di tepi desa dan bertemu dengan Mbah Gondrong, yang konon berteman dengan jin dan dikenal suka memangsa anak-anak.

Disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan disutradarai oleh Helmy Yahya, Haidar Bagir, serta Hb. Naveen, "Ambilkan Bulan" dibintangi oleh Lana Nitibaskara, Joshua Ivan Kurniawan, Berlinda Adelianan Naafi, Hemas Nata Nagari, Bramantyo Suryo Kusumo, Landung Simatupang, Astri Nurdin, Agus Kuncoro, dll. Film ini menampilkan lagu-lagu terbaik karya Eyang A.T. Mahmud, seperti "Ambilkan bulan", "Paman datang", "Libur telah tiba", "Aku anak Indonesia", "Mendaki gunung", "Bintang kejora", "Kereta apiku", "Pelangi", "Anak gembala", dan "Amelia".

5. Iqro: Petualangan Meraih Bintang (2017)
Film ini merupakan inspirasi saya untuk kelanjutan serial "A Musical Revolution" karya saya, yang Insya Allah tahun depan akan berlanjut dengan sekuel ketiga. Diproduksi oleh Salman Film Academy milik Masjid Salman ITB, film "Iqro: Petualangan Meraih Bintang" bercerita tentang Aqila (Aisha Nurra Datau), seorang gadis kecil yang memiliki minat besar terhadap sains, namun belum bisa mengaji. Suatu hari, sekolah Aqila mengadakan tugas untuk menulis esai tentang luar angkasa. Aqila ingin menulis esai bertema pembuktian bahwa Pluto bukan planet.

Oleh sang kakek, Opa Wibowo (Cok Simbara), Aqila diberi izin untuk meneropong Pluto, tetapi syaratnya, dia harus bisa mengaji. Maka, selama berlibur di Lembang tempat sang opa bekerja sebagai direktur Observatorium Bosscha, Aqila mengikuti kelas mengaji bersama Kak Raudhah (Adhitya Putri) yang cantik dan baik hati. Di tempat ini pula dia bertemu dengan Fauzi (Raihan Khan), anak yang usil namun pandai mengaji.

Hingga suatu hari, Observatorium Bosscha terancam polusi cahaya karena adanya rencana pembangunan hotel bertaraf internasional di lingkungan observatorium.

Film "Iqro: Petualangan Meraih Bintang" dibintangi oleh Aisha Nurra Datau, Cok Simbara, Neno Warisman, Raihan Khan, Adhitya Putri, Mike Lucock, dan Meriam Bellina. Film ini menandai debut Nurra, yang merupakan putri dari aktris Sha Ine Febriyanti. Nurra juga baru-baru ini bermain di film "Dua Hati Biru" sebagai Dara, menggantikan Zara Adhisty sebagai pemeran Dara di film "Dua Garis Biru".

6. Buku Harianku (2020)
Yang ini adalah film anak yang sangat, sangat underrated. Mungkin kita mengenal Widuri Putri Sasono dari perannya sebagai Ara di serial film "Keluarga Cemara", namun siapakah yang perasan, dia juga berperan sebagai Rintik di film "Buku Harianku". Ceritanya begini: Kila Putri Alam adalah seorang gadis kecil yang punya kebiasaan menulis di buku harian. 

Suatu hari, Kila sekeluarga berencana untuk liburan, namun ketika rencana liburan tersebut mendadak batal, Kila harus dititipkan di rumah sang kakek, Kakek Prapto (Slamet Rahardjo), yang sangat membenci anak kecil, di Sukabumi, Jawa Barat. Di sinilah Kila dipertemukan oleh teman lamanya, Rintik, yang merupakan seorang tunawicara (tidak bisa berbicara).

Film "Buku Harianku" diperankan oleh Kila Putri Alam, Widuri Putri Sasono, Slamet Rahardjo, Dwi Sasono, Widi Mulia, Ence Bagus, Wina Marino, Gary Iskak, dll. Karena dampak pandemi COVID-19, film ini tayang perdana di platform Disney+ Hotstar pada 27 November 2020 untuk ditonton secara legal. Film ini disutradarai oleh Angling Sagaran.

7. Budi Pekerti (2023)
Dan entri terakhir dalam daftar ini memang bukan film anak-anak, tetapi saya bilang "film anak/keluarga", artinya dapat ditonton oleh keluarga. Ceritanya, ketika Bu Prani (Sha Ine Febriyanti), seorang guru BK di sebuah SMA swasta di Yogyakarta, ketahuan memaki seorang yang menyela antrean saat beliau sedang membeli kue putu di pasar, kejadian tersebut terekam oleh seseorang dan diposting ke sosmed. 

Dan malangnya, sekeluarga Bu Prani terkena imbasnya. Mulai dari sang suami, Pak Didit (Dwi Sasono), yang mengidap gangguan bipolar, dan dua anak mereka, Tita (Prilly Latuconsina) dan Mukhlas (Angga Yunanda). Warganet mencari-cari kesalahan mereka sehingga Bu Prani terancam kehilangan pekerjaannya.

Haru biru film ini semakin terasa dengan kehadiran Gora (Omara Esteghlal), seorang siswa didikan Bu Prani yang mengidap sindrom Tourette dan memiliki kebiasaan mencium kukunya yang berbau khas tanah merah kuburan, berulang-ulang. Bu Prani dengan sabar mendidik Gora. Film ini berlatar tempat kota Yogyakarta pasca pandemi COVID-19.

Hampir seluruh film "Budi Pekerti" menggunakan bahasa Jawa, berkat otak kreatif sang sutradara, Mas Wregas Bhanuteja. Film ini merupakan alasan saya belajar bahasa Jawa, specifically tingkatan kromo inggil (sangat sopan), dan dibintangi oleh Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, Angga Yunanda, Omara Esteghlal, dll.

Dan itulah.
Rekomendasi tujuh film anak/keluarga untuk menemani liburan 4th of July Anda, bagi Anda warga Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat dan kangen film Indonesia.
Bahkan kita yang tidak tinggal di Amerika Serikat dan masih menonton film Indonesia, juga dapat menonton film-film di atas secara legal, lewat platform yang sah seperti Netflix atau Disney+ Hotstar.
Menonton film bajakan adalah tindakan yang tidak terpuji dan merugikan industri film nasional.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun