Bismillahirrahmanirrahim.
Mungkin Anda bertanya, mengapa judul episode serial Kenali Jakartamu hari ini judulnya "Once Upon a Time in Jakarta..."? Dalam bahasa Inggris, once upon a time berarti pada zaman dahulu. Kalimat ini sering muncul dalam dongeng atau prosa lainnya. Yap, ini ada hubungannya dengan pembahasan kita kali ini, yaitu cerita rakyat Jakarta yang paling sering didengar.
Pengertian cerita menurut KBBI yaitu tuturan yang membentangkan terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dan sebagainya). Indonesia memiliki 38 provinsi. Masing-masing provinsi memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda, seperti:
1. Legenda Danau Toba (Sumatera Utara)
2. Malin Kundang (Sumatera Barat)
3. Si Lancang (Riau)
4. Si Pahit Lidah (Sumatera Selatan)
5. Asal-usul Gunung Tangkuban Perahu (Jawa Barat)
6. Cindelaras (Jawa Tengah)
7. Roro Jonggrang (Daerah Istimewa Yogyakarta)
8. Keong Mas (Jawa Timur)
9. Kebo Iwa (Bali)
10. Eme Bui dan Ama Mau (Nusa Tenggara Timur)
11. Batu Menangis (Kalimantan Barat)
12. Asal-usul Burung Moopoo (Sulawesi Utara)
13. Nenek Luhu (Maluku)
14. Batu Keramat (Papua)
Beberapa di antaranya sering diceritakan oleh orangtua kita saat kita kecil dahulu. Namun tahukah Anda, bahwa DKI Jakarta juga memiliki cerita rakyat yang tak kalah hebatnya, dan juga sarat nilai-nilai moral serta keagamaan. Kita akan membahas tiga di antaranya, yaitu Si Pitung, Si Jampang, dan Si Manis Jembatan Ancol. Dan kita akan membahasnya secara garis besar.
1. Si Pitung
Bila di sastra Barat kita mengenal adanya tokoh Robin Hood, pencuri asal Nottinghamshire, Inggris yang mencuri untuk dibagikan ke orang miskin, dan di dunia video game kita mengenal Yoshimitsu, si ninja luar angkasa tukang bawa pedang dari serial Tekken dan pemimpin klan Manji, sekelompok ninja yang mencuri untuk dibagikan ke orang miskin pula, Jakarta memiliki Robin Hood versi sendiri. Adalah si Pitung, seorang pemuda baik hati asal Rawa Belong yang berguru silat kepada Pak Haji Naipin. Selain belajar silat, Pitung juga rajin belajar mengaji.
Ketika Pitung beranjak dewasa, dia menjelma menjadi pemuda tampan yang berbekal ilmu agama dan bakat pencak silat, dan ditemani kedua sahabatnya yaitu Rais dan Jii, Pitung merampok rumah tauke dan tuan tanah kaya. Saat itu Indonesia sedang dijajah Belanda. Hasil rampokan Pitung dan teman-temannya kemudian dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan.
Tingkah polah si Pitung sampai ke telinga Kumpeni. Kumpeni kemudian melakukan berbagai cara untuk menangkap si Pitung, namu selalu gagal, karena keluarga sebagai motivasi Pitung justru menjadi titik lemahnya. Setelah menemukan kelemahannya, Kumpeni kemudian menyandera kedua orangtua Pitung dan juga Pak Haji Naipin.
Pitung dibekali ilmu silat yang tinggi dan tubuh yang kebal peluru sehingga memudahkannya dalam melancarkan aksi perampokan. Namun perlahan-lahan, Kumpeni membongkar rahasia kekebalan tubuh Pitung dan pada hari terakhirnya di dunia, dia dilempari telur busuk dan ditembak.
Si Pitung memang telah tiada. Namun, dia akan selalu dikenang sebagai pahlawan pembela rakyat jelata di Jakarta.
2. Si Jampang
Setali tiga uang dengan si Pitung, Jakarta juga memiliki Robin Hood lainnya yaitu si Jampang. Jampang adalah seorang jawara yang berasal dari Jampang, Sukabumi. Dia dibesarkan oleh pamannya yang berasal dari Grogol, Depok. Dia juga belajar silat dan ilmu kebatinan dari gurunya yang berasal dari Cianjur. Jampang pun tumbuh menjadi anak yang cerdas; setelah dewasa, dia menjadi pemimpin aksi perampokan terhadap orang kaya. Sebagian harta rampokannya dibagikan kepada kaum miskin. Masyarakat sekitar menyukai Jampang karena dia adalah orang yang penolong dan memperlakukan orang secara setara.
Jampang kemudian bertemu dengan cinta dalam hidupnya, yaitu seorang gadis dari Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Mereka menikah dan dikaruniai seorang anak lelaki yang tampan bernama Jampang Muda. Jampang kemudian diberi kuasa untuk merawat sebidang tanah yang nantinya akan digarap oleh sang ayah mertua. Tanah tersebut kemudian digarap dan ditanami padi, kacang, dan kelapa. Hasil kebun mertua Jampang berlimpah ruah dan dijual ke Pasar Tanah Abang.
Awalnya kehidupan Jampang dan istrinya berjalan bahagia, namun ketika Jampang Muda beranjak dewasa, ibunya meninggal dunia. Karena kesulitan mengurus anaknya seorang diri, dan Jampang ingin anaknya menjadi orang saleh, maka dia memasukkan anaknya ke ponpes, dan hanya sesekali bertemu.
Jampang kesepian tanpa istri dan anaknya, ditambah saat itu banyak rakyat Betawi yang menderita. Maka dari sinilah dia merampok dari orang-orang kaya untuk dibagikan ke fakir miskin. Kabar tersebut sampai ke telinga Jampang Muda, yang menyebabkan dirinya memutuskan berhenti dari pesantren karena kecewa ayahnya merampok.
Pada akhirnya, ketika Jampang hendak menikahi Mayangsari, istri sahabatnya yang telah tiada, dia nekat mencuri kerbau di rumah Pak Haji Saud di Tambun, Bekasi. Dia akhirnya ditangkap dan dihukum mati di penjara.
3. Si Manis Jembatan Ancol
Bagi Anda yang suka menonton film horor pasti tahu bahwa kisah Si Manis Jembatan Ancol adalah salah satu urban legend dari Jakarta. Saking terkenalnya, kisah Si Manis Jembatan Ancol sudah tiga kali diadaptasi menjadi film layar lebar, termasuk salah satunya yang dibintangi oleh aktris Indah Permatasari pada tahun 2019. Mungkin Anda mengenal Indah dari perannya sebagai Ayu di film "Rudy Habibie", Neny di film "Ngeri-ngeri Sedap", dan Intan di film "Agak Laen".
Kisah Si Manis Jembatan Ancol itu benar-benar nyata adanya. Adalah seorang kembang desa yang diceritakan meninggal dunia setelah menjadi korban perbuatan asusila. Menurut Syahbudin dalam bukunya, "Legenda Si Manis Jembatan Ancol", wanita tersebut bernama Mariam. Ada pula yang menyebut nama aslinya Siti Ariah. Dan ada juga yang bilang namanya Nyai Dasimah.
Setelah meninggal, jasad Ariah dibuang di sekitar Jembatan Ancol. Sebelum dibangunnya proyek wisata Ancol, kawasan Ancol dikenal sebagai sarang monyet, monkey, kethek - terserah Anda mau menyebutnya apa - yang hidup di semak-semak. Ancol juga pernah terkenal sebagai kawasan prostitusi.
Alkisah, pada awal abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1817, ada seorang gadis yatim bernama Siti Ariah. Dia hidup hanya berdua dengan ibunya, Mak Emper, di sebuah paviliun milik seorang juragan kaya di Batavia. Pada umur 16 tahun, sang juragan pemilik rumah mulai jatuh cinta pada Ariah, namun Ariah menolak dijadikan selir, kemudian dia melarikan diri. Naas, setelah melarikan diri, Ariah bertemu dengan seorang playboy pemilik rumah bordil, yang dikenal dengan nama soehian atau tempat berpesiar dengan para harem.
Melihat paras cantik Ariah, si playboy ini ingin menjadikannya sebagai koleksi. Ariah kemudian melarikan diri, namun kemudian ditangkap oleh dua preman utusan rumah bordil tersebut. Ariah kemudian menemui ajalnya di Bendungan Dempet. Kini, banyak orang mengaku sering melihat sosok hantu perempuan cantik berambut panjang terurai yang kerap meminta sesuatu kepada lelaki, namun setelah itu menghilang entah ke mana.
Si Manis Jembatan Ancol kini menjadi salah satu urban legend terseram di Jakarta, bahkan Indonesia.
Masih banyak lagi cerita rakyat Jakarta yang ingin saya bahas, namun hanya tiga itu yang akan kita bahas karena saya lebih sering mendengar yang itu.
Anda suka musik? Sama, oleh karena itu episode depan akan membahas musisi-musisi Indonesia terhebat yang berasal dari Kota Jakarta. Stay tuned!
Tabik,
Yudhistira Mahasena