Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenali Jakartamu! Episode 11: Beginilah Kebiasaan Orang Betawi Saat...

15 Juni 2024   21:41 Diperbarui: 15 Juni 2024   22:06 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan adat Betawi dikenal sakral dan meriah. (sumber: Siap Nikah)

4. Ketika ada yang meninggal

Orang Betawi merawat dan mengebumikan jenazah sesuai ajaran Islam. (sumber: setubabakanbetawi.com)
Orang Betawi merawat dan mengebumikan jenazah sesuai ajaran Islam. (sumber: setubabakanbetawi.com)

Setiap yang hidup pasti akan merasakan kematian. Di tradisi yang terakhir akan kita bahas ini, upacara pemakaman atau ngurus mayit menurut tradisi Betawi dilakukan dari perawatan hingga penguburan sesuai ajaran Islam.

Seperti perawatan jenazah Muslim pada umumnya, jenazah dimandikan, dikafani, disalatkan, dan dikebumikan, dan semua proses ini ditangani oleh kaum adam. Kaum hawa tinggal di rumah dan mempersiahkan sedekahan untuk acara tahlilan yang diadakan selama tujuh hari sejak jenazah dikebumikan, dan dilanjutkan pada malam ke-40.

Orang yang biasa menangani masalah terkait kematian (mulai dari dimandikan hingga mengundang jemaah tahlilan) dibantu oleh masyarakat sekitar yang sudah memahami apa yang harus dikerjakan dengan tertib. Kegotongroyongan ini terus terlihat hingga malam ke-15, ketika masyarakat memberikan bantuan moral dan material kepada sahibul musibah. Upacara kematian dalam masyarakat Betawi merupakan cerminan sikap gotong royong.

Kesimpulan:
Suku Betawi memiliki kebiasaan yang mencerminkan sikap gotong royong, namun tidak lepas dari nilai-nilai Islami yang mereka junjung tinggi.

Stay tuned! Episode depan akan membahas sejumlah cerita rakyat Betawi yang paling sering didengar, dari Si Pitung, Si Jampang, hingga Si Manis Jembatan Ancol.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun