4. Ketika ada yang meninggal
Setiap yang hidup pasti akan merasakan kematian. Di tradisi yang terakhir akan kita bahas ini, upacara pemakaman atau ngurus mayit menurut tradisi Betawi dilakukan dari perawatan hingga penguburan sesuai ajaran Islam.
Seperti perawatan jenazah Muslim pada umumnya, jenazah dimandikan, dikafani, disalatkan, dan dikebumikan, dan semua proses ini ditangani oleh kaum adam. Kaum hawa tinggal di rumah dan mempersiahkan sedekahan untuk acara tahlilan yang diadakan selama tujuh hari sejak jenazah dikebumikan, dan dilanjutkan pada malam ke-40.
Orang yang biasa menangani masalah terkait kematian (mulai dari dimandikan hingga mengundang jemaah tahlilan) dibantu oleh masyarakat sekitar yang sudah memahami apa yang harus dikerjakan dengan tertib. Kegotongroyongan ini terus terlihat hingga malam ke-15, ketika masyarakat memberikan bantuan moral dan material kepada sahibul musibah. Upacara kematian dalam masyarakat Betawi merupakan cerminan sikap gotong royong.
Kesimpulan:
Suku Betawi memiliki kebiasaan yang mencerminkan sikap gotong royong, namun tidak lepas dari nilai-nilai Islami yang mereka junjung tinggi.
Stay tuned! Episode depan akan membahas sejumlah cerita rakyat Betawi yang paling sering didengar, dari Si Pitung, Si Jampang, hingga Si Manis Jembatan Ancol.
Tabik,
Yudhistira Mahasena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H