Dalam Islam, anak lelaki wajib disunat sebagai tanda dia sudah mulai akil balig. Ketika anak lelaki Betawi hendak disunat atau dikhitan, prosesi berlangsung sangat meriah. Sehari sebelum hari-H, sang pengantin sunat akan dirias dengan pakaian pengantin sunat. Tahap pertama, si pengantin sunat akan diarak keliling kampung, dan dia akan naik kuda atau tandu yang diiringi oleh barisan rebana dan pencak silat. Tujuannya supaya si anak tidak takut disunat.
Pada hari-H, si anak yang disunat akan dimandikan dan direndam air beberapa saat, barulah dia disunat oleh seorang bengkong atau dokter tradisional, walaupun saat ini dokter modern telah melakukan tugasnya dengan sempurna. Terakhir, selamatan.
Saya disunat pada 4 Januari 2010, saat berusia 10 tahun dan kelas 4 SD. Dokter yang mengkhitan saya adalah dokter modern, dan saya saat itu dibius total hingga tertidur, supaya tidak terasa sakit. Namun sebelum disunat saya tidak sampai diarak keliling kompleks.
3. Ketika pindah rumah
Pindah rumah bagi orang Betawi dianggap sebagai peristiwa yang sangat penting dan disambut secara besar-besaran.
Beberapa hari sebelum pindahan, keluarga Betawi yang akan pindah rumah akan memberitahukan para tetangga dan sanak saudaranya bahwa mereka akan pindah. Kemudian, diikuti dengan permohonan doa restu agar pindahan tersebut berjalan lancar.
Selain membawa barang-barang yang nantinya akan dibawa ke rumah baru, orang Betawi juga percaya akan beberapa barang yang harus disertakan, yaitu:
- Pendaringan, yaitu tempat penyimpanan beras yang terbuat dari gentong tanah berukuran sedang. Pendaringan melambangkan kehidupan berumah tangga sebab setiap hari keluarga harus makan. Zaman dahulu, orang Betawi pantang melongok langsung ke dalam pendaringan karena jika terlalu sering dilongok, maka berasnya akan cepat habis.
- Lampu gembereng, semacam lampu minyak berukuran cukup besar. Selain berfungsi sebagai penerang, lampu gembereng bermakna penerang hati dan kedamaian, karena ruangan yang terang akan terasa lebih nyaman jika dibanding ruangan gelap.
- Tempayan, tempat menyimpan air yang terbuat dari gentong tanah dan biasanya terletak di dapur. Air sangat penting dalam kehidupan.
- Bumbu dapur, yang terdiri atas bawang, jahe, kunyit, garam, ketumbar, cabai, dan jintan. Bumbu dapur adalah lambang bahwa rumah adalah tempat kita hidup, dan dalam hidup kita membutuhkan berbagai rasa seperti pedas, manis, asin, dan gurih.
- Cermin, sebagai lambang introspeksi diri, seiring dengan karakter orang Betawi yang senantiasa harus ngaca dulu setiap mau berkata.
- Tempat sirih, lengkap berisi sirih, tembakau, kapur, gambir, dan pinang. Maknanya, orang Betawi menerima semua tamu jika berniat baik.
Pada malam pertama di rumah baru, tuan rumah serta beberapa orang anggota keluarga lain biasanya berkumpul untuk membaca surat Yasin dan al-Kahfi. Pada malam-malam selanjutnya, diadakan tahlilan dengan mengundang tetangga di lingkungan rumah baru. Surat yang mereka baca adalah al-Baqarah, kemudian dilanjut dengan zikir, tahlil, dan membaca selawat Nabi serta diakhiri dengan makan bersama.
Pindah rumah bagi masyarakat Betawi sarat akan nilai-nilai kehidupan dan agama, maka itu dibacakan surat Yasin, al-Kahfi, al-Baqarah, disertai zikiran dan tahlilan. Gunanya supaya rumah tersebut menjadi berkah.