Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Film

Siapa di Keluarga Upin Ipin dan Teman-Temannya?

12 November 2023   13:19 Diperbarui: 12 November 2023   13:24 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari Jumat (10/11) kemarin, episode Upin Ipin bertajuk "Cucu Kesayangan Opah" tayang di MNCTV.

Hari itu, para siswa kelas Aman, kelas Upin Ipin, ditugaskan menggambar keluarga kesayangan mereka. Fizi yang saat itu belum mengerjakan tugasnya, malah sibuk melihat lukisan teman-temannya, lalu ketika melihat lukisan karya Upin Ipin, dia bertanya mereka menggambar Kak Ros seperti dinosaurus kecil bergigi tajam. Upin menjawab karena mereka kurang sayang Kak Ros dan lebih sayang Opah. Upin Ipin lalu menceritakan mengapa mereka disebut cucu kesayangan Opah.

Pernah suatu hari, Upin Ipin, Kak Ros, dan Opah sedang bercocok tanam di kebun belakang rumah mereka. Opah menyuruh mereka mengambil pot pohon kari untuk ditanam, namun mereka terpeleset lumpur. Akibatnya pot pecah dan baju Kak Ros terkena lumpur, yang membuatnya marah dan hendak memukul si kembar. Namun, Opah tidak marah dan malah menyuruh mereka langsung mandi, biar beliau yang menanam pohonnya.

Di lain hari, Upin Ipin dan keluarga sedang makan siang, namun si kembar merajuk karena Kak Ros memang memasak ayam goreng, namun bukan paha melainkan sayap. Di sini saya juga baru tahu jika out of semua bagian ayam, Upin Ipin lebih menyukai paha dibanding bagian lainnya. Opah kemudian berkata dengan sabar dan lembut, "Upin Ipin, kalian anak yang baik, selalu dengar kata, sebab itu kalian menjadi cucu kesayangan Opah.

Dan inilah keluarga teman-teman Upin Ipin:

Ehsan, si Korea kaya, tumbuh besar dengan kedua orang tuanya. Dan hanya mereka yang dia gambar. Ehsan memang memiliki seorang kakak perempuan, namun dia kurang sayang padanya karena sang kakak tidak ada di rumah, melainkan tinggal di asrama, jadi jarang pulang sehingga mereka tidak mesra.

Now, Ehsan did say dia anak lelaki tunggal di episode "Abang atau Kakak?", tetapi dia tidak bilang dia anak tunggal. Artinya, dia anak lelaki satu-satunya di keluarganya. Kakak satu-satunya, perempuan, seperti yang saya bilang, tinggal di asrama karena kuliah di luar kota sehingga jarang pulang. Kalau di Indonesia biasanya mahasiswa tinggal di indekos.

Mei Mei, si Cina pintar, tidak dapat menggambar orang tuanya, jadi dia menggambar mereka dalam wujud bintang. Artinya, papa dan mamanya adalah bintang di hati Mei Mei. Cikgu Melati, wali kelas mereka, memuji Mei Mei karena sejak kecil sudah memiliki hati dan sikap yang mulia terhadap orang tuanya. Apalagi Mei Mei anak tunggal.

Ketika Fizi menceritakan keluarganya lewat gambar, seisi kelas bingung mengapa Ehsan ada di gambarnya. Ternyata di balik mulutnya yang ceplas-ceplos dan terkadang jahat, Fizi memiliki sifat yang brotherly dan penyayang terhadap Ehsan, sepupunya. Fizi orang susah, berbeda dengan Ehsan yang berada dan tidak ragu membagi kepunyaannya dengan teman-temannya (kecuali mainan).

Keluarga Mail ada dia, abah, emak, dan Abang Iz, kakaknya. Sudah. Mail dan Abang Iz disayang sama rata, bahkan bekerja pun bersama. Mail memiliki jiwa businessman di usianya yang masih kecil karena terlahir dari keluarga wiraswasta.

Jarjit, yang menggambar tugasnya di luar kelas, memperkenalkan keluarganya sebagai dia, appa (ayah), amma (ibu), dan buku pantun. Adiknya tidak digambar. Dan yap, Jarjit punya adik yang dia sebutkan di episode "Kami Satu Malaysia" di musim ketiga.

Adapun Susanti memperkenalkan keluarganya sebagai dia, Pak Mukhlis (ayahnya), Bu Mukhlis (ibunya), dan kakek-neneknya. Pak dan Bu Mukhlis menyayangi Susanti yang anak tunggal secara sama rata, tidak pilih kasih.

Moral of the story: Anak yang tumbuh dari keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang, dan mendidik dengan penuh kelembutan, ketika dewasa nanti akan memiliki keluarga yang bahagia pula. Mereka tentunya akan membina rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah dan dikaruniai keturunan yang saleh dan salehah hingga nanti dipertemukan kembali di jannah. Aamiin.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun