Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Remaja Itu Pahlawan (Refleksi Hari Pahlawan)

10 November 2023   15:44 Diperbarui: 10 November 2023   15:47 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim.

Setiap tanggal 10 November selalu kita peringati sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan diperingati untuk mengenang peristiwa Pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945, di mana para tentara dan milisi Indonesia yang pro-kemerdekaan berperang melawan tentara Inggris dan Belanda sebagai bagian dari Revolusi Nasional Indonesia. Materi ini diajarkan dalam pelajaran sejarah Indonesia saat kita SMA, pada pembahasan mengenai perjuangan mempertahankan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tentunya saat kita kecil kita pernah bermimpi menjadi pahlawan super seperti Superman, Batman, Iron-Man, Captain America, Thor, atau favorit saya, Catwoman. Kita bermimpi menumpas kejahatan di kota dan menyelamatkan umat manusia. Namun, saat kita beranjak remaja, saat itulah kita mengerti arti pahlawan yang sesungguhnya.

Bak kata bijak, "Pahlawan bukanlah orang yang berani menebaskan pedangnya ke pundak lawan. Pahlawan yang sebenarnya adalah orang yang sanggup menguasai dirinya sendiri, ketika sedang dilanda amarah." Dan saat kita remaja, atau kita memiliki anak yang sudah beranjak remaja, emosi gampang sekali diuji.

Apalagi jika sudah menyangkut perasaan cinta. Masa remaja adalah saat-saat di mana kita mulai merasa saling suka pada lawan jenis, sehingga mudah galau atau bimbang. Bama Arinaga, putra sulung Arinaga Family, bahkan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul "Problema remaja", tentang seorang remaja yang mulai mengerti cinta. 

Perasaan suka ini menjadi sebuah problema tersendiri hingga ingin dia curhatkan kepada sang bunda, namun bundanya sedang tidak ada di rumah. Mau dihubungi lewat telepon juga susah.

Perasaan suka itu lumrah bagi remaja. Remaja itu periode transisi dari anak menjadi dewasa. Pubertas itu pasti, semua orang mengalaminya saat remaja, dan itu lumrah. Yang susah adalah menguasai emosi sendiri, saat kita mulai merasa suka pada lawan jenis, namun ketika ingin menembaknya (menyatakan cinta), kita galau karena seperti kata Al Ghazali, putra sulung musisi Ahmad Dhani, "Mau bilang cinta tapi takut salah", "Mau bilang sayang tapi bukan pacar". Akhirnya kita sering marah-marah sendiri dan ada keinginan untuk menyakiti diri sendiri karena emosi tak terkontrol.

Ingat, tidak ada cara mengontrol emosi yang salah, bahkan untuk remaja yang mulai mengerti apa itu cinta, selama caranya baik. Mudah saja kita marah jika cinta kita ditolak atau bertepuk sebelah tangan, yang susah adalah membiarkan amarah tersebut berada di antara. Diam tak selamanya emas karena kita sendiri juga yang sakit hati karenanya, namun mengumbar-umbar emosi demi ego juga semakin tidak baik.

Teruntuk kaum remaja yang sedang dalam fase labil secara emotif, jangan takut menjadi pahlawan untuk diri kalian sendiri di masa muda kalian. Jika kalian bisa menguasai diri kalian saat dilanda emosi berlebih, baru pahlawan namanya.

Selamat Hari Pahlawan.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun