Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menetralisir Perasaan Sendiri untuk Kesehatan Mental (Spesial Hari Kesehatan Mental Sedunia)

10 Oktober 2023   17:34 Diperbarui: 10 Oktober 2023   17:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim.

Setiap tanggal 10 Oktober selalu kita peringati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hari ini diperingati untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental - khususnya di kalangan pemuda.

Kali ini kita akan membahas sebuah materi yang sejujurnya baru saya pelajari baru-baru ini. Tidak ada yang mengajarkan saya tentang hal ini ketika saya kecil dulu, bahkan setelah saya tumbuh dewasa di usia yang baru 24 tahun ini. Bahkan terapis saya tidak pernah mengajarkan hal ini. Yaitu tentang menetralisir perasaan sendiri.

Saya mengakui, selama 24 tahun hidup di dunia, tanpa menutup-nutupi, saya memiliki anger issues atau masalah pengendalian amarah. Jika saya sedang marah atau kesal dengan orang tua atau adik, pasti akan disimpan di dalam hati, dalam pikiran, dan rasanya tidak enak. Tetapi saya selalu mengingatkan diri sendiri: memendam amarah sama buruknya dengan mengumbarnya. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa saya adalah pengidap anxiety disorder, jadi setiap saya marah, anxiety saya akan kambuh. Dan mudah marah hanyalah salah satu dari gejala gangguan kecemasan.

Menetralisir perasaan sendiri maksudnya adalah bertindak seolah kita tidak sedang kenapa-kenapa, padahal kita masih sedih atau marah, namun kita berusaha sebaik dan sekuat mungkin untuk membiarkan amarah itu berada di antara. Maksudnya tidak membiarkan amarah itu berada di dalam (memendamnya), tetapi tidak juga mengeluarkannya dalam bentuk pukulan, tendangan, atau caci-makian.

Ingatlah when I say "amarah itu diredam, bukan dipendam". Meredam amarah tidaklah sama dengan memendam amarah. Aturan nomor satu mengelola amarah adalah "kontrollah sebelum kita dikontrol". Tentunya banyak cara mengendalikan amarah, seperti:

1. Beristighfar kepada Allah SWT
2. Menarik napas dalam-dalam
3. Mengubah posisi dari berdiri ke duduk atau berbaring
4. Berwudu (10 kali lebih manjur)
5. Menghindari gawai
6. Salat sunah, lalu mengaji
7. Berzikir
8. Membicarakan perasaan pada orang dekat (boleh orang tua, guru/dosen, teman, pacar, bahkan psikolog atau terapis)

Bagi saya yang mengakui agak sulit mengendalikan amarah karena setiap saya marah akan selalu dipendam, bukan diredam, semua cara ini susah dipraktikkan karena saya hidup dengan pemikiran, "selama marahnya masih bisa terkontrol, satu tarikan napas masih berguna, tetapi jika sudah tak terkendali, satu tarikan napas pun tiada guna." Tetapi tidak ada cara mengendalikan amarah yang salah, selama caranya baik dan tidak menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun batin.

Ada rahasia mengapa rerata orang bisa meredam amarah dalam waktu 1-3 menit. Karena mereka jago menetralisir perasaan sendiri, membiarkan amarah mereka berada di antara.

Sekali lagi, memendam amarah sama buruknya dengan mengumbarnya. Karena dapat memicu penyakit seperti anxiety atau depresi serta penyakit mental lainnya. Tetapi, mengumbar emosi juga dapat membuat orang di sekitar kita tergores hati. Jadi rahasia mengendalikan amarah agar cepat hilang dalam hitungan menit adalah menetralisir perasaan sendiri, membiarkan amarah kita berada di antara. Mental kita sehat, orang lain tidak tergores hati.

Sekian sharing kecil-kecilan ini.
Semoga membantu.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun