Semestinya kepemimpinan adalah seruan, panggilan moral dan hati nurani, namun ruang politik menempatkan aspek ketercukupan dukungan politik formal menjadi kalkulasi, disini pragmatisme transaksional terjadi. Kemudian politik diterjemahkan sebagai upaya merebut dan mempertahankan kursi kekuasaan.
Pada pelajaran kehidupan nyata, bahkan kumpulan simpanse menempatkan mereka yang terkuat sebagai penentu, pemimpin kolektif. Sang pemimpin simpanse, mempunyai kemampuan intuitif untuk membimbing, melindungi dan mengarahkan kelompok, serta menjalin harmoni semua pihak.
Dengan begitu, persyaratan yang telah ditentukan, tidak dimain-mainkan hanya untuk kepentingan jangka pendek. Lebih jauh lagi, mereka yang akan maju berkontestasi, harus memiliki cermin refleksi diri melihat level kompetensi, lebih dari sekedar puja-puji pendukung.
Apalagi bila berlaga di pentas politik, hanya dengan mengandalkan dukungan dan nama besar semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H