Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Wajah Kelam Demokrasi dalam Catatan Dirty Vote

12 Februari 2024   16:12 Diperbarui: 12 Februari 2024   16:15 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyoal Dirty Vote, bila kemudian ada kalangan yang merasa keberadaan akan karya film tersebut seolah mendegradasi proses pemilu, dimana asumsi kecurangan yang ditampilkan, dinilai sebagai fitnah dengan nada kebencian.

Jelas perlu dikaji ulang. Adagium penting dari kemampuan reflektif kita adalah, take the message not kill the messenger, mampu melihat makna serta mengambil hikmah.

Tumpukan peristiwa yang terjadi di ranah pentas politik nasional, tidak ada di ruang yang kosong. Ada konteks yang berkesinambungan. Publik bersikap skeptis, bukan dalam nada yang pesimis.

Skeptis didefinisikan sebagai upaya verifikasi sebuah kejadian dengan data dan fakta lain, diperbandingkan serta diberi kesimpulan. Pemilu adalah keniscayaan dan kita dipenuhi optimisme, agar hasilnya sesuai harapan publik, mereka yang terpilih memiliki kompetensi dan mengurusi soal hidup rakyat -res publica.

Pada pemilu kali ini, rasionalitas publik tidak bisa dianggap sebelah mata. Dari pemilu ke pemilu, khalayak ramai telah belajar tentang satu hal: tidak ada yang benar-benar mewakili kepentingan publik, kecuali publik itu sendiri. Karena itu, pendekatan ilmiah dengan basis survei sekalipun, bukan tidak mungkin luput dalam memprediksi.

Sebuah film yang kemudian menjadi polemik, sesungguhnya telah berhasil menarik perbincangan meluas. Membuka cakrawala berpikir dalam melihat peristiwa. Sebagaimana fungsi sebuah film, yang tidak hanya menjadi tontonan tetapi juga menjadi media tuntunan.

Pada bagian akhir, kita perlu membayangkan bagaimana hasil pemilu yang hanya berhitung hari ke depan, akan menghasilkan kualitas kepemimpinan bangsa ini.

Kita tidak hanya menilai aspek keterpilihan semata, tetapi juga bagaimana proses yang menyertainya, semua akan terbingkai dan menjadi catatan sejarah.

Problemnya sejarah kebangsaan seperti apa yang kita ingin torehkan? Jelas kita tidak berharap dicatat dalam lembar hitam sejarah, akan wajah kelam kehidupan demokrasi kita saat ini.

Semuanya tentu bergantung di tangan para pemilih pada bilik suara nanti. Selamat memilih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun