Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jual Beli Ginjal, Refleksi Kemerdekaan

17 Agustus 2023   20:11 Diperbarui: 17 Agustus 2023   20:17 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyesal! Penyesalan itu dirasakan oleh para pendonor ginjal, yang tergiur untuk mendapatkan uang dalam waktu singkat di pasar gelap. Konsekuensinya berbalik pada kondisi kerentanan kesehatan individu, kini mereka mudah lelah secara fisik. Begitulah derita penjual buah pinggang, setelah terperangkap buaian makelar ginjal.

Majalah Tempo Edisi (6/8) menurunkan berita mengenai keterpurukan para pendonor organ ilegal yang dijerat promosi para calo, dalam keterhimpitan persoalan keuangan. Organ tubuh selayaknya ginjal, menjadi produk berharga dalam jalur ekspres menghasilkan uang. Senilai Rp 135 juta per buah.

Disaat yang sama, kita memperingati HUT ke-78 negeri ini. Tentu hal tersebut, menjadi sebuah ironi. Terlebih bila kemudian kita melakukan komparasi atas apa yang tengah dipersiapkan pemerintah dalam konteks RAPBN dan nota keuangan 2024, tertuang dalam pidato Presiden (16/8).

Selintas, apa korelasi antara keduanya? Tarikan garis diantara dua kejadian tersebut, tersusun dalam kerangka berikut, (i) fenomena jual beli ginjal merupakan lapis permukaan dari persoalan kemiskinan, (ii) kebutuhan transplantasi organ, pada kasus gagal ginjal merupakan aspek kesehatan publik.

Sekurangnya, Tony Samosir. Ketua Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) menyatakan hal itu. Bahwa kebutuhan cangkok organ ginjal, di tanah air terbilang besar. Selama ini, terkendala pasokan donor dan rumitnya peraturan. Terlebih, hanya bisa dilakukan pada pusat kesehatan tertentu, dikarenakan kekurangan tenaga ahli di bidang tersebut.

Disisi lain, terdapat lebih dari seratusan pendonor di pasar internasional, bersama dengan para calo yang memanfaatkan celah sempit serta gelap, dalam perdagangan orang. Termasuk, memfasilitasi transaksi jual beli organ di luar negeri. Mereka menjadikan situasi ini sebagai ladang bisnis, dengan kompensasi berbalas imbalan. Rasionalisasi alasannya, himpitan ekonomi.

Lalu dimana titik temunya? Bila menyebut tagline perayaan hari kemerdekaan ke-78 yaitu "Terus Melaju untuk Indonesia Maju" maka publik berharap: laju pembangunan tidak meninggalkan aset terbesar bangsa ini, yakni keberadaan sumber daya manusia.

Dalam uraian pidato presiden, berkenaan dengan rencana kerja pemerintah, maka dua hal utama yang diletakkan pada bagian awal sebagai pondasinya adalah, (i) percepatan penghapusan kemiskinan ekstrim dan (ii) peningkatan kualitas manusia: pendidikan serta kesehatan sebagai indikator.

Maka realitas dari jual beli ginjal, merupakan tamparan di wajah kita. Sebab, hal itu mengilustrasikan bahwa, (i) kemiskinan merupakan keseharian dalam kehidupan publik, serta merupakan implikasi dari (ii) belum terkelolanya sektor kesehatan di tanah air dengan baik. Pekik itu, setengah merdeka.

Kemerdekaan itu diibaratkan Bung Besar Proklamator, sebagai jembatan emas. Menghantarkan kita dari satu titik penjajahan, menuju pintu masa depan yang sejahtera dan gemilang. Karena itu, merdeka adalah sebuah proses, dan bukan hal final, menjadikan Indonesia adil dan makmur.

Pada pidato presiden kemarin, kesehatan juga dikaitkan dengan dengan postur APBN yang "sehat" untuk memastikan penguatan sumber daya manusia yang sehat. Kluster kesehatan dikaitkan dengan penurunan kemiskinan dan jaminan perlindungan sosial dengan berbagai varian program subsidi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun