Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media, dari Terusan Suez ke Vaksin Nusantara

19 April 2021   14:36 Diperbarui: 19 April 2021   14:38 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti halnya percakapan publik yang terjadi saat menanggapi tentang pernikahan artis yang ramai didatangi para petinggi negeri. Audiens mudah beralih serta terlibat dalam satu perbincangan meski di permukaan.

Silih berganti informasi menempatkan publik. Tidak banyak fokus yang dihasilkan kecuali berpindah-pindah tema yang telah diulas media. Namun begitu, media pula menjadi indikator sebuah bangsa dan karakter masyarakatnya.

Mudah lupa dan cepat marah. Itulah kita ketika beralih tema pembicaraan di media. Termasuk berkomentar soal tanding catur Dewa Kipas, hingga perbantahan tentang vaksin Nusantara. Pro-kontra adalah hal yang biasa.

Kondisi tersebut menjadi kontraproduktif ketika pro-kontra tidak menghasilkan resolusi yang bermakna. Dalam kerangka dialektika, sebuah tesis berbentuk antitesis hingga berbuah sintesis.

Terjadi perubahan dari substansi masalah menjadi penyelesaian, tidak statis, bahkan dalam dinamika alamiah kita memang akan terus mengalami koreksi kualitas dari waktu ke waktu.

Sebagaimana media ada dan mengada, seperti itulah wajah masyarakat kita. Media dikonstruksi oleh lingkungan yang hidup serta melingkupi di sekitarnya, dan secara bersamaan media membentuk pola budaya bagi lingkungannya.

Tanpa lelah kita berayun di antara berbagai isu, harus terdapat semacam upaya bersama untuk melakukan koreksi kolaboratif, yang ditujukan bagi upaya membangun pondasi solusi dari berbagai persoalan tersebut.

Media dituntut untuk mencerahkan, di sisi lain publik harus memiliki kemampuan literasi bermedia yang baik, agar energi yang tersisa tidak terkuras habis pada hal-hal minor bahkan tanpa solusi.

Kedua entitas tersebut, media dan publik diharapkan menjadi corong penyeimbang kekuasaan. Kita tentu berharap agar kapal kebangsaan ini tidak macet di tengah jalan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun