Ingat prinsip utama yang sudah disebut di atas minimalisasi risiko. Prinsip ini pula termuat dalam etik medis yakni, primum non nocere atau first, do-no-harm -jangan merugikan. Dalam upaya mitigasi risiko, harus dipersiapkan skenario dan strategi menghadapi yang terburuk, untuk mencegah hal buruk lain terjadi.Â
Termasuk upaya mengantisipasi potensi penularan wabah serta mengambil keputusan terbaik sebelum tegak diagnosis yang dikarenakan aspek teknis waktu tunggu dan antrian pemeriksaan. Maknanya pencegahan.
Sebagai penutup prinsip etik medis juga mencakup aspek profesionalisme officium nobile -menjaga martabat dan kehormatan diri, dalam menjalankan tugas serta tanggung jawab atas profesi yang diemban, sebagai amanah. Jadi sulit, bila hanya melihat dalam ruang sempit atas tudingan rumah sakit nakal dengan angka klaim.
Bahkan Direktur Jenderal WHO, dr Tedros Adhanom dalam posting di akun sosial medianya mengambil kutipan menarik there is no health without health workers: tidak ada kesehatan tanpa peran serta pekerja kesehatan.Â
Mengutip perawat di Ma: drid -Spanyol, Aroa Lopez, dalam lansiran dr Tedros Adhanom, bahwa terdapat kesadaran baginya sebagai profesi tenaga kesehatan.
meski menempatkan diri pada posisi yang berbahaya, bahkan berisiko bukan hanya kelelahan fisik tetapi juga aspek mental. Namun begitu, satu yang terbersit dibenaknya adalah, to care for people and to save lives.
Dalam pandemi ini, kita sedang berhitung nilai berharga atas sebuah nyawa atas nama kemanusiaan, bukan sekedar mengkalkulasi angka-angka tanpa makna, apalagi hanya sekedar menyorot soal klaim tagihan biaya. Sungguh bebal pikir yang hakiki.