Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menanti Godot Vaksin dan Obat Covid-19

4 Juli 2020   18:50 Diperbarui: 4 Juli 2020   18:49 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kedua: membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk memastikan kombinasi obat maupun vaksin dalam kondisi yang siap dipergunakan. Penelitian ilmiah medis, mempersyaratkan protokol dalam tahapan ketat melalui pembuktian uji klinis.

Ketiga: terkait aspek ekonomi politik, atas hak paten serta hak eksklusif untuk produksi dan distribusi obat maupun vaksin, akan menjadi persoalan tambahan. Dalam aspek supply demand, kita akan melihat ketimpangan yang semakin nyata antar bangsa di dunia.

Jadi, obat dan vaksin ternyata bukanlah Godot yang dinantikan sebagai pemecah masalah. Justru terdapat peluang dalam menciptakan ruang permasalahan baru yang tidak kalah rumit. Meski begitu, ikhtiar menangkal wabah tetap wajib dilanjutkan.

Over Claim dan Efek Plasebo

Kini di tengah situasi penuh ketidakpastian, banyak pihak yang mengajukan berbagai alternatif bentuk maupun obat, sebagai alat penyembuh dari Covid19. Mulai dari ramuan herbal, aromaterapi, hingga keberadaan kalung antivirus juga ditawarkan.

Jelas belum ada yang dapat membuktikan efektivitas kegunaannya. Selain itu, belum pula terdapat keterangan atas relasi ilmiah, dari berbagai hal tersebut sebagai basis bukti kemampuan mengatasi virus. Sangat mungkin terjadi over claim, dan hal itu dipercaya publik secara luas, terlebih bila mendapat over expose.

Pada situasi sedemikian, sebagian publik kemudian mengasumsikan dengan menggunakan perspektif berbeda secara terbalik. Sikap antipati terjadi, sebagai respon atas tindakan anti sains. 

Keterlibatan perusahaan farmasi, hingga berbagai produsen dari produk yang dipercaya mujarab dalam menangkal Covid19, dianggap sebagai rekayasa dan manipulasi yang di setting bagi kepentingan korporasi. Tak ayal, skenario dalam teori konspirasi semakin berkembang menjadi cara berpikir anti mainstream.  

Kegagalan membangun rasa kepercayaan -trust, turut disebabkan kelemahan dalam melakukan pendekatan komunikasi, guna menyakinkan kesungguhan langkah dan tindakan yang sedang diambil oleh kekuasaan.

Sejalan dengan itu, over claim dengan tautan persuasi, dalam balut kepentingan ekonomi, menimbulkan apa yang disebut sebagai efek obat kosong -plasebo, yakni sebuah kondisi dimana dampak yang dihasilkan, justru terjadi sebagai akibat dari konsumsi informasi yang dipercaya, dan bukan disebabkan komposisi formula medis.

Solusi Kolaboratif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun