Absurd! Sisifus bekerja dalam kesia-siaan. Anda pernah mendengar nama Sisifus? Albert Camus merangkum kisah Sisifus, dalam karya filsafat Le Mythe de Sisyphe, 1942.Â
Sisifus adalah tokoh mitologi Yunani, yang dikutuk, untuk bekerja mendorong batu karang ke puncak, yang pada akhirnya batu karang itu jatuh kembali, dan secara berulang-ulang hal tersebut dilakukannya.
Anda boleh tertawa dari kekonyolan itu, tapi realitas tersebut hadir dalam situasi keseharian yang kita hadapi saat ini, termasuk di periode pandemi. Kekacauan, disebabkan kompleksitas ketidaktahuan.
Pada siasat perang SunTzu, dikenal empat tahu untuk memenangkan pertarungan, di antaranya (i) mengetahui medan perang, (ii) mengetahui kekuatan lawan, (iii) mengetahui siapa kawan, hingga (iv) tahu diri, memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri.
Pengambilan Keputusan
Hal tersebut, diadopsi dalam strategi manajemen, dalam dua kriteria penting, yakni; (i) mengetahui tujuan yang hendak dicapai, dan (ii) memahami bagaimana mencapainya. Selanjutnya eksekusi.
Lantas bagaimana memahami kerja Sisifus dalam situasi pandemi kali ini? Mudah saja melihat cirinya, termasuk; (i) lambat melakukan tindakan, (ii) tidak menyelesaikan persoalan, (iii) kehilangan momentum.
Kita berulang kali disuguhi atraksi akrobatik yang tidak perlu, terkait tumpang tindih kebijakan. Berulang kali kebijakan diambil oleh kekuasaan, secara silih berganti tampak saling berlawanan. Membingungkan.
Apa dampaknya? Bertabrakannya kebijakan antara pusat-daerah, hingga antar pengambil keputusan di pusat, tidak dipungkiri menimbulkan penurunan moral publik -moral decrease. Mana yang bisa dipercaya?
Pandemi bermakna kecepatan, baik soal penularan, hingga menyebabkan dampak kematian. Jangan keluar dari pakem tersebut. Pengambil kebijakan, harus mampu menjawab masalah dengan sigap.
Makna Rasional