Pada kejadian krisis-krisis terdahulu, hal tersebut bermuara pada spekulasi dan permainan di sektor ekonomi, aksi ambil untung atas nilai tukar valas, hingga transaksi derivatif yang fiktif di bursa dunia.
Krisis yang kini muncul akibat pandemi, justru terjadi dalam interupsi mendadak, ketika sistem ekonomi tengah berjalan seperti biasanya. Keguncangan fundamental ekonomi terjadi, karena keharusan untuk memutus siklus hidup dari mata rantai wabah.
Jantung ekonomi berhenti berdenyut. Pasokan darah ke seluruh ekosistemnya lumpuh. Kesesakan adalah efek samping. Kekuasaan dalam struktur tata kelola kehidupan bernegara, harus bergerak dan berperan.
Dengan begitu, ajakan untuk menciptakan suasana chaotik, hanya menambah problem sosial baru. Tidak ada solusi tercipta. Substansi dari argumen yang diajukan adalah nihil, mati karena wabah atau mati konyol kelaparan? Kita tentu tidak ingin berada dalam pilihan simalakama, dan berusaha menghindarinya.
Pada banyak situasi krisis, ketenangan dalam keteraturan adalah sebagian dari jawaban. Berlaku tertib dan disiplin, adalah bahagian lain yang melengkapi. Lalu bagaimana menjawab problem dasar, terkait kebutuhan perut? Gerakan sosial dan intervensi negara.
Menyusun Harapan
Pemilik alat produksi gamang karena sektor usaha berhenti. Tenaga kerja gundah karena menjadi pihak terdampak langsung. Merebut sarana produksi bukan jawaban. Konstruksi harapan kita butuhkan untuk keluar dari pandemi.
Gerakan sosial diperlukan dengan mendorong kepedulian. Menstimulasi empati, membangun keprihatinan bersama. Memastikan bahwa kita mampu untuk menyelesaikan pandemi secara bersama. Bantu membantu, tolong menolong.
Upaya memutus rantai penyebaran adalah siasat mengatasi pandemi. Dikarenakan belum tersedianya vaksin dan obat, yang telah terbukti secara klinis mampu mengatasinya. Rekayasa sosial dilakukan untuk meminimalisasi akibat penularan.
Intervensi negara bisa dimulai dalam kerangka terendah hingga tertinggi, dari pemerintah daerah hingga pusat. Syarat utamanya harus selaras, sedendang, dan seirama. Koordinasi atas upaya-upaya strategis juga perlu dilakukan.
Saat pandemi kita menjajal validitas data kependudukan. Mendistribusikan bantuan secara tepat sasaran. Mengidentifikasi kelompok sosial yang rawan terdampak. Menyusun strategi alokasi anggaran dan sumber daya.