Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggugat Etika di Era Digital

10 April 2020   04:47 Diperbarui: 10 April 2020   05:57 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ruang digital memberi kesempatan, untuk bersalin rupa menjadi pribadi berbeda. Keluh kesah, caci maki hingga menjadi predator, bisa terjadi. Hal ini sulit ditampilkan dalam realitas fisik, karena manusia memperhatikan aspek verbal dan nonverbal, termasuk gesture. 

Di titik tersebut, Vivid merujuk kembali manner sebagai pembeda. Keberadaan manner, menjadi pemandu yang tidak tergantikan, sekaligus memposisikan derajat kemanusiaan yang tidak hilang karena sentuhan teknologi digital. Gugatan etika dilayangkan.

Refleksi Bersama

Kegundahan Vivid mampu dipahami, dengan melihat berbagai kejadian terbaru, mulai dari film Joker, kasus pelajar Indonesia di Inggris, hingga soal wabah Covid-19, menjadi studi kasus yang masih hangat.

Melalui buku tersebut, Vivid hendak menyampaikan himbauan moral kepada semua pihak, untuk mampu menjaga, memperbaiki serta meneruskan etika. Melalui manner maka keberadaban membentuk peradaban umat manusia.

Formulasinya sederhana, hal-hal baik diinternalisasi dari lingkup terkecil, hingga kemudian menjadi sebuah kebiasaan baik menuju lingkup yang lebih luas. Terjadi perubahan dalam kuantitas dan kualitas. 

Meski Vivid mencoba menghindar untuk tidak keluar dari jalur pendidikan, yang menjadi bidang cermatan dalam buku tersebut, tetapi point-point yang diajukan bisa diterapkan pada aspek kehidupan bersama, di setiap tingkat, termasuk berbangsa dan bernegara.

Kehilangan etika, membuat kita kehilangan sosok-sosok panutan yang dapat dipercaya. Padahal efektivitas dari proses internalisasi tersebut, membutuhkan role model yang bertindak sebagai figur yang ditiru. 

Layaknya rumusan Albert Bandura, Social Learning Theory, ada fase mengamati dan mengimitasi. Kita memiliki kontribusi dan bertanggung jawab pada generasi masa depan, bukan sekedar persoalan sekarang dan hari ini yang bersifat temporer, tetapi untuk kehidupan selanjutnya.

Selayaknya, disrupsi teknologi tidak menghilangkan nilai kemanusiaan, dimana etika bertindak sebagai jangkar. Perubahan adalah keniscayaan, terjadi adaptasi nilai-nilai baru, berbaur dengan nilai-nilai pokok etika.

Kita diajak untuk menafsir kembali eksistensi dan kontribusi bagi penerusan etika. Terlebih dalam situasi wabah dan kedukaan akibat pandemi. Karena dalam kesedihan, kita justru kerapkali mampu melihat jauh ke dalam diri, untuk menguatkan etika kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun