Bertransformasi. Seluruh dunia mengalami perubahan. Pandemi merubah struktur dan lanskap bentuk interaksi sosial, dalam berbagai sektor. Tidak ada pilihan lain, selain beradaptasi.
Aktivitas perkantoran, sekolah, pusat perbelanjaan terhenti. Kerumunan dihindari, dianjurkan untuk melakukan berdiam diri, dan memulai seluruh kegiatan berbasis rumah.Â
Pada situasi pandemi, sektor kesehatan menjadi fokus prioritas. Perangkat pendukungnya, tentu saja teknologi informasi. Formatnya melalui masyarakat berjejaring, terhubung dengan konektivitas internet.
Belajar, bekerja dan beribadah di rumah menjadi slogan baru. Tidak diketahui sampai kapan akan terjadi. Kita tentu berharap pandemi segera usai. Tetapi wajah relasi sosial diakselerasi.
Ruang kelas berubah menjadi ruang maya, sementara berbagai rapat terdigitalisasi. Tidak semua bisa berubah, pola transisi terjadi. Pandemi meletakkan dasar perubahan bagi masyarakat digital.
Dipaksa Berubah
Perlu pengukuran efektivitas atas kegiatan fisik, yang tergantikan dalam perubahan menuju online. Banyak hal yang menjadi catatan. Celah terbesarnya adalah akses internet. Relaksasi atas biaya akses internet, patut dipertimbangkan.
Dalam situasi yang membatasi lingkup interaksi langsung, pandemi menjadi ajang uji coba ketersambungan seluruh wilayah. Benarkah "infrastruktur langit" kita telah siap mendukung?
Konsumsi data internet akan melonjak. Lalu lintas data dan informasi akan bertambah ramai. Publik harus dilayani. Pemerintah pun harus mempergunakan dengan baik situasi ini.
Mekanisme digital melayani -Dilan harus implementatif, selaras dengan kebutuhan publik. Pernikahan online, pengadilan online, disamping ojek online dan rapat online adalah terobosan.
Seluruh aktivitas yang sebelumnya dilakukan di ruang fisik, kini termuat dalam fasilitas ruang maya, jagat digital. Pergerakan arus data ini, menjadi penting untuk dikelola pemerintah.
Membaca Big Data
Pada banyak kasus, di berbagai wilayah yang berhadapan dengan Pandemi COVID-19 sangat terbantu menggunakan kemampuan analisis big data. Operator seluler perlu berkontribusi aktif.
Kementerian informatika memperluas proses edukasi, memanfaatkan koneksi seluler. Menganalisis pergerakan pengguna mobile phone. Peluncuran aplikasi dan portal baik, tetapi belum cukup.
Peran integrasi serta konsolidasi satu data kependudukan, terbilang menjadi signifikan dalam situasi ini. Momentum perbaikan ke depan. Bisa dimulai pelacakan atas register nomor seluler.
Big data menyajikan perilaku, dan kontrol perilaku menjadi hal penting saat ini. Kita berhadapan dengan dilema etik, atas penggunaan data privat. Dalam situasi kedaruratan terdapat abnormalitas.
Padanan big data adalah artificial intelligence, menguatkan basis dukungan kecerdasan buatan, untuk melakukan pengaturan. Sentralisasi data ini, memberikan posisi pijakan yang kuat bagi kekuasaan, untuk merumuskan intervensi kebijakan.
Kolaborasi sektor teknologi harus dipercepat, pergunakan teknologi informasi, untuk meluaskan informasi, sekaligus mengumpulkan informasi penting dari kebiasaan-kebiasaan publik. Rekayasa sosial dalam bidang kesehatan, berbasis teknologi dibutuhkan.
Kuasa PanoptikÂ
Manusia, menurut Yuval Noah Harari, Homo Deus, 2016, di masa depan sangat terkait dengan aspek technoscience dan bioscience. Disrupsi teknologi akan menjadi kekuatan baru manusia. Futuristik.
Penggunaan teknologi yang mengawasi seluruh penduduk, membawa kita pada konsep penjara Panoptik, yang diterangkan Michael Foucault. Kondisi, hyperconnected, membuat kekuasaan melekat pada individu.Â
Pada penjara abad pertengahan, arsitektur panoptik dengan menara pengawas di tengah, yang dilengkapi lampu sorot ke sekeliling bangunan penjara, menjadi representasi kuasa pengawasan. Terasa diamati.
Kita kemudian masuk ke dalam ilustrasi sebagaimana George Orwell dalam novel 1984. Kementerian kebenaran, akan melakukan pengaturan serta pengawasan atas gerak-gerik individu. Tidak bebas.
Pada situasi pandemi, kita tentu melepaskan konsekuensi tersebut. Karena hukum yang utama dalam kedaruratan pandemi kali ini, adalah kehidupan kemanusiaan.Â
Di situasi genting saat ini, kehilangan satu nyawa merupakan tragedi. Untuk itu, fungsi teknologi big data harus ditujukan bagi dukungan penuh menjaga eksistensi manusia dan kemanusiaan. Segera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H