Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Corona dan Kekelaman Viktor E Frankl

13 Maret 2020   09:18 Diperbarui: 13 Maret 2020   11:48 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari-hari ini, periode suram dunia disebabkan virus Corona yang menyebabkan beberapa kota di dunia menetapkan status lockdown| Sumber: Antara Photo/M. Agung Rajasa

Suram. Kehidupan sebagai tawanan perang, berisi hari-hari penuh kemuraman. Tapi bagi Viktor E Frankl, kemampuan memaknai hidup, adalah alasan terbesar untuk tetap menjalaninya. 

Dalam buku Man's Search for Meaning, kisah nyata Neurolog dan Psikiater Austria ini dituangkan. Selama 3 tahun, Viktor menjalani hidup sebagai penghuni kamp konsentrasi, di bawah pengawasan Nazi pada perang dunia kedua. Dimulai pada 1942.

Kengerian, ketegangan adalah sensasi keseharian. Kesakitan, penderitaan dan kematian, merupakan pemandangan yang nampak wajar. Bahkan, bentuk sikap antipati, terjelaskan melalui pengalaman Viktor.

Buku Viktor, penuh dengan kekejaman. Tetapi berbeda dengan bangunan konstruksi ilmu psikologi lainnya, yang hidup melalui penelitian dan teks perpustakaan. Kesimpulan teori Viktor merupakan abstraksi perjalanan hidupnya.

Catatan besarnya, adalah mengenai tujuan hidup. Bagaimana manusia mempersepsikan dirinya sendiri, dalam lingkaran pertanyaan; mengapa -why dan bagaimana -how. Bila manusia mampu memahami, mengapa hadir di dunia? Maka dia akan mudah menjawab, bagaimana dia seharusnya bertahan hidup?

Pengalaman pemenjaraan fisik, dalam kamp konsentrasi seolah menampilkan terdapatnya pilihan rasional untuk mengakhiri kehidupan. Kefrustasian, depresi, dan titik nadir menjadi resolusi semu. Padahal, penderitaan dapat dijalani, merupakan proses dalam mencari makna kehidupan. 

Tentu saja tidak semua tawanan, mampu tercerahkan layaknya Viktor. Pilihan sebagai tawanan nampak tunggal, yakni kematian. Baik mati dalam kerja paksa, dengan kompensasi semangkuk roti dan semangkuk sup kacang per hari, atau masuk ke ruang siksa kamar gas, hingga opsi terakhirnya mengakhiri diri.

Dalam uraian diary sebagai tawanan, Viktor menguraikan bahwa kebebasan, serta cinta dalam kehidupan, merupakan hal-hal yang menjadi semangat -elan, untuk membangkitkan spirit kehidupan itu sendiri.

Kelebihan buku Viktor E Frankl, adalah tutur ulasan yang tampak nyata. Kajian partisipatif, dimana peneliti sekaligus terlibat didalamnya. Mungkin Viktor, memang ditakdirkan untuk ditawan, agar melahirkan sebuah karya besar.

Merefleksikan Harapan
Tidak mudah menerapkan konsep Logoterapi yang disusun Viktor sebagai metode penanganan psikologis, berhadapan dengan psikoanalisis Sigmund Freud. Tetapi tawaran Viktor tetap menarik.

Dibanding menelisik ke belakang, pada akar historis masa lalu, bayang-bayang psikologis dilacak sebagai penyebab masalah masa kini, sebagaimana psikoanalisis mencoba menerangkan. 

Justru sebaliknya, Viktor mendorong jauh ke depan. Melihat apa yang hendak dicapai di masa depan untuk mengubah apa yang terjadi hari ini dengan logoterapi. Alih-alih mencari penyebab di masa lalu, Viktor meloncat pada tujuan, disitulah makna hidup bermuara.

Lebih lanjut lagi, Viktor juga menyampaikan elegi pengetahuan manusia. Kemampuan dan kepintaran manusia menghantarkan penciptaan gas chamber, yang juga akan diisi manusia untuk menjemput maut.

Tidak hanya itu, konflik dan pertentangan, sebagaimana perang, menempatkan manusia hanya dalam deretan angka hitung, sebagai korban kekejian ego manusia itu sendiri. Bahkan identitas Viktor, hanya dikenali melalui deret 119.104 sebagai nomor tawanan.

Dalam kamp konsentrasi wajah manusia tampil dalam bentuk aslinya. Tanpa selubung topeng pembungkus, apalagi konstruksi citra. Pada ruang tawanan itu, kengerian bercampur solidaritas. Ada ilusi mimpi dan harapan, bahkan tawa.

Bagi Viktor, kengerian kehilangan esensinya ketika kita mampu mendeskripsikan secara detail. Dunia berputar. Di kamp konsentrasi, tentara dan para capo alias kaki tangan tentara adalah pihak yang mampu bersikap penuh kekerasan. Sejatinya, mereka pun diliputi ketakutan. Terlebih jika sewaktu-waktu kondisi berbalik.

Membangun Kemanusiaan
Hari-hari ini, periode suram dunia disebabkan virus Corona. Lockdown di beberapa kota dilakukan. Bahkan perjalanan ke tanah suci pun terpaksa ditangguhkan. Manusia menawan dirinya sendiri.

Di tengah kepanikan, serta informasi yang bias, aksi borong terjadi. Manusia melepaskan topengnya. Mendahulukan kepentingan ego. Menguatkan posisi keakuan, dibandingkan sebagai kita bersama.

Pada linimasa, tentara cyber yang bekerja untuk proksi kepentingan politik, masih sibuk bertikai. Pasar saham anjlok, nilai tukar tersungkur, stimulus dibuat. Tapi saling sembur caci maki, masih terus terjadi.

Momentum ini, seharusnya dapat dioptimalkan menjadi sebuah saat dimana persatuan dikumandangkan. Kesatuan menjadi kekuatan. Kita berhadapan bersama dengan ketakutan dunia.

Prinsipnya, mati satu mati semua. Karena itu, dengan menyingkirkan perbedaan, kita akan mampu meneruskan kehidupan. Persis sebagaimana Viktor sampaikan melalui bukunya, tentang pencarian makna.

Kita harus tiba pada pertanyaan dasar, mengapa kita bersama menjadi sebuah bangsa? Serta bagaimana kita memperkuatnya untuk bertahan di masa mendatang? Bukankah perasaan senasib dan sepenanggungan, adalah hakikat awal untuk merdeka. 

Kamu, aku, dan tentang kita. #IndonesiaBisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun