Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Komunikasi dan Demokrasi di Warung Kopi

25 Februari 2020   11:42 Diperbarui: 25 Februari 2020   15:45 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan, pendapat dan sikap publik, kerap dimunculkan melalui hasil diskusi warung kopi. Opini publik sebagai hasil resultan dari pembicaraan bersama itu, bisa dijadikan ukuran bagi kekuasaan untuk merumuskan kebijakan yang mewakili kepentingan publik.

Ukuran representasi publik, dinyatakan dalam rasionalitas yang ditawarkan. Hal ini mengacu pada komunikasi rasional, dimana pembicaraan dan konlusi hasil komunikasi terjadi secara alamiah, bahkan tidak teragendakan serta tidak dibawah tekanan ataupun pengarahan kepentingan tertentu.

Maraknya pemanfaatan warung kopi, dalam kasus penelitian Ronda, tidak urung menarik minat kekuasaan untuk mempergunakan model tersebut sebagai langkah dari proses komunikasi strategis. 

Dalam hal ini, ada upaya untuk melakukan pengambilalihan agenda, mempergunakan tematik tertentu yang bersinggungan dengan kepentingan elit dan kekuasaan, untuk melakukan persuasi publik.

Kerangka perlakuan tersebut, menciptakan hegemoni dan dominasi dari kemampuan berpikir publik. Upaya yang dilakukan dengan mengambil alih medan ruang publik, kerapkali dijalankan melalui pemilihan narasumber dan tema agenda yang mewakili kepentingan sepihak.

Kudeta ruang publik, termasuk warung kopi, dilakukan dengan berbagai upaya distrosi. Kemampuan kekuasaan untuk melakukan dominasi, terjadi selaras dengan kapasitas modal dan kepentingan yang dimilikinya. 

Bahkan dari penelurusan Ronda, tidak urung, para pemilik warung kopi pun, memiliki afiliasi serta kepentingan politik dan ekonomi yang tampak mencuat.

Karena itu, upaya yang perlu dijaga dalam merawat ruang publik agar tidak terkontaminasi dari pengotor kepentingan publik adalah dengan memastikan hadirnya kualitas tindakan komunikasi yang mengakomodir prinsip kejelasan, kebenaran, kejujuran dan ketepatan.

Pada bagian akhir, proses komunikasi di ruang publik harus mampu menciptakan sebuah pengertian bersama, guna menumbuhkan kesadaran baru. Hal tersebut penting ditekankan, untuk mampu keluar dari berbagai kungkungan kekuasaan, dalam menjawab persoalan keseharian publik.

Yuk Ngopi di Warung Kopi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun