Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Drama Penutup Pehujung 2019, Kisah Mata dan Jiwa Radikal

3 Januari 2020   04:58 Diperbarui: 3 Januari 2020   05:02 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada saat bersamaan, ide tentang rencana pemindahan Ibukota kembali dikumandangkan. Apa korelasinya kasus Jiwasraya dengan pindah Ibukota? Angka-angka besar menimbulkan hasrat menyimpang, psikologisnya begitu. 

Sebagian publik juga belum sepakat dengan rencana pemerataan pembangunan melalui proses pemindahan fisik. Argumennya, distribusi pembangunan terjadi dengan kebijakan bukan sekedar infrastruktur bangunan. 

Kasus proyek pembangunan yang mangkrak karena tidak tuntasnya perencanaan, kerap terjadi. Jangan sampai berakhir serupa.

Melalui persoalan di Jiwasraya, kita tentu berharap terungkap proses penyebab gagal bayar tersebut. Dalam konsep bisnis, untung-rugi adalah hal biasa, yang menjadi tidak biasa ketika kerugian justru telah direncanakan sebelumnya. Bertindak abai, lalai dan tidak prudent, adalah bentuk kegagalan perencanaan.

Solusi Radikal

Kita sepakat bahwa 2020 akan penuh gelombang dan tantangan. Masalah perekonomian memerlukan strategi yang cermat dalam mengantisipasi potensi atas kondisi terburuk. Perlu think out of the box.

Cara-cara baru dan radikal perlu dirumuskan. Bukan sekedar mengasosiasikan radikal sebagaimana radikalisme seperti yang selama ini kerap didengung-dengungkan. 

Warisan keterbelahan pilihan politik bermuara pada stereotype radikal dan intoleran. Sejatinya politik identitas dipergunakan untuk para elite baik dalam kepentingannya merebut maupun mempertahankan kekuasaan.

Perlu leadership perubahan, lebih dari sepintas tampil dalam sorot media melalui citra simbolik. Kita patut apresiasi soal Omnibus Law, perlu konsepsi yang kuat agar tidak menjadi sekedar gagasan yang di glorifikasi.

Fokus pemerintahan bukan hanya soal radikalisme. Apalagi menjadikan radikalisme sebagai prima causa kegagalan pembangunan. Narasi radikalisme selalu diungkapkan ke publik, seakan menjadi prioritas utama kerja kabinet. 

Bahwa radikalisme ada, benar adanya, maka selesaikan. Membuat isu radikalisme nampak sebagai problem tunggal, seolah menutup mata ada masalah ekonomi yang lebih besar, tentu sebuah kesalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun