Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mempertaruhkan Kewarasan

15 Oktober 2019   00:34 Diperbarui: 15 Oktober 2019   00:46 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan begitu, ketika awan pekat menyelimuti hampir seluruh dimensi sosial kita, maka seluruh entitas yang ada di dalamnya akan terkontaminasi, menyerap racun residu. Tersebutlah kepentingan politik yang kini membelah kewarasan kita.

Membenahi yang Tersisa

Bagaimana mensintesis pertanyaan Joker diawal? Tentu saja, orang jahat bisa jadi muncul karena orang baik ada dalam lingkungan yang buruk. Menjadi sebuah tanggungjawab bersama. Saling tuding adalah bentuk perilaku yang mengukuhkan keburukan tersebut. Semua pihak berandil kesalahan.

Bila bangsa ini hendak merawat dan menumbuhkan kewarasan, maka perlu segera berbenah. Menghadirkan kehidupan dalam situasi percakapan dialogis yang hangat penuh perlindungan. Berbeda adalah biasa. Sesungguhnya ada nilai dan moral sosial yang bisa menjadi pagar perilaku.

Kita akan mulai lagi mempelajari hal-hal dasar dalam pembentukan kepribadian. Jelas tidak mudah. Perlu ada role model yang dapat dijadikan panutan. Petinggi negeri harus bisa menempatkan dirinya sebagai representasi yang diamati, bahkan bisa jadi diduplikasi oleh publik. Perlu kemawasan akan hal itu.

Peran aktif publik untuk melakukan seleksi perilaku juga penting. Memiliki kesadaran untuk memilih dan memilah berdasarkan nilai dan norma sosial penting untuk bisa menyaring perilaku baik dari pengotornya. Di era network society, perlu kecerdasan akal budi. 

Tengok timeline sosial media kita, lihat pula tampilan para pesohor di ruang media mainstream. Kita penuh segera membuat perubahan. Joker tentu tidak perlu bertanya sebagaimana kalimat pembuka, terlebih bila proses Revolusi Mental telah tuntas dilakukan. Semoga saja. Salam waras, sing waras ngalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun