Dengan begitu, ketika awan pekat menyelimuti hampir seluruh dimensi sosial kita, maka seluruh entitas yang ada di dalamnya akan terkontaminasi, menyerap racun residu. Tersebutlah kepentingan politik yang kini membelah kewarasan kita.
Membenahi yang Tersisa
Bagaimana mensintesis pertanyaan Joker diawal? Tentu saja, orang jahat bisa jadi muncul karena orang baik ada dalam lingkungan yang buruk. Menjadi sebuah tanggungjawab bersama. Saling tuding adalah bentuk perilaku yang mengukuhkan keburukan tersebut. Semua pihak berandil kesalahan.
Bila bangsa ini hendak merawat dan menumbuhkan kewarasan, maka perlu segera berbenah. Menghadirkan kehidupan dalam situasi percakapan dialogis yang hangat penuh perlindungan. Berbeda adalah biasa. Sesungguhnya ada nilai dan moral sosial yang bisa menjadi pagar perilaku.
Kita akan mulai lagi mempelajari hal-hal dasar dalam pembentukan kepribadian. Jelas tidak mudah. Perlu ada role model yang dapat dijadikan panutan. Petinggi negeri harus bisa menempatkan dirinya sebagai representasi yang diamati, bahkan bisa jadi diduplikasi oleh publik. Perlu kemawasan akan hal itu.
Peran aktif publik untuk melakukan seleksi perilaku juga penting. Memiliki kesadaran untuk memilih dan memilah berdasarkan nilai dan norma sosial penting untuk bisa menyaring perilaku baik dari pengotornya. Di era network society, perlu kecerdasan akal budi.Â
Tengok timeline sosial media kita, lihat pula tampilan para pesohor di ruang media mainstream. Kita penuh segera membuat perubahan. Joker tentu tidak perlu bertanya sebagaimana kalimat pembuka, terlebih bila proses Revolusi Mental telah tuntas dilakukan. Semoga saja. Salam waras, sing waras ngalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H