Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Rezim (Saling Jadi) Pengawas di Ruang Publik

27 September 2019   08:48 Diperbarui: 28 September 2019   07:27 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diam-diam mengawasi. (sumber: KOMPAS/Didie SW)

Perspektif berbeda dinyatakan sebagai ancaman bagi stabilitas, sebuah frase yang sering dijadikan pembenaran untuk mengambil tindakan represif.

Penguasaan dunia nyata, berlanjut ke dunia maya. Terlebih, saat ini kita telah menjadi sebuah jejaring sosial yang terkoneksi. Padahal sejatinya tidak ada yang bebas nilai. Terdapat kepentingan ekonomi politik yang disematkan pada sebuah kebebasan semu di ranah online. 

Kesimpulan itu pula yang termuat dalam buku Jagat Digital, Pembebasan dan Penguasaan karya Agus Sudibyo setebal 466 halaman yang memberikan ruang reflektif untuk melihat sisi wajah Janus (Dewa berwajah ganda) atas keberadaan internet dan tata laku zaman di dunia yang terdigitalisasi.

Sesungguhnya, kita memang tengah hidup di periode surveillance capitalism. Penyedia platform menjadi pengawas di tengah asyik masyuknya kita bermedia sosial. 

Ditingkat yang lebih tinggi pada aspek politik, penguasa memiliki akses tidak terbatas untuk membuat penyedia platform tunduk dibawah regulasinya, termasuk soal pengawasan publik.

Kuasa Panoptik

Peristiwa pembajakan kontak pribadi para aktivis dalam gerakan masyarakat sipil adalah representasi dari filosofi Foucault tentang kekuasaan yang disimbolkan dengan menara panopticon, sebuah bangunan pengawas di tengah lingkungan penjara untuk memantau gerak-gerik para penghuninya.

Konsep bangunan panoptik lazim dipergunakan dalam tata arsitektur penjara abad pertengahan, dengan bentuk tinggi menjulang dan menggunakan lampu sorot yang sangat terang adalah wujud dominasi kekuasaan atas populasi dibawahnya.

Filsafat Foucault yang menelanjangi kekuasaan, memperlihatkan dialektika dinamis antara pengetahuan dan kekuasaan. Mempergunakan pendekatan kritis, maka apa yang hendak disampaikan Foucault semakin benderang, bahwa kekuasaan akan membentengi dirinya dengan kekuatan pengetahuan, termasuk pengawasan fisik melalui institusi hukum dan keamanan.

Ruang digital sejatinya dapat menjadi ruang publik baru, meminjam istilah Habermas soal public sphere. Ada lokasi yang menjadi wilayah bebas bagi ekspresi yang saling bersilangan, sebuah lingkup demokratis dalam kesetaraan. Problemnya tangan-tangan kekuasaan masuk melalui berbagai instrumen.

Dengan begitu, ruang publik baik di dunia nyata dan dunia maya memang tidak netral. Sesungguhnya, melalui gadget dan perangkat digital lainnya kita semakin terkoneksi dalam sebuah tatanan pengawasan melekat dalam dominasi para penguasa dibidang ekonomi dan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun