Sang hakim dalam memutuskan sebuah perkara, harus mampu mengambil hikmah sebagai pijakan. Hikmah sendiri adalah kearifan dan kebijaksanaan yang hakiki sebagai esensi mendalam. Dibutuhkan upaya keras seorang hakim pada sebuah mahkamah, untuk mencapai hikmah kebenaran.
Publik Pembelajar
Disisi lain, realitas yang terjadi dan dipertontonkan kepada publik kali ini, semakin melengkapi proses pendidikan politik di tanah air. Pemilihan langsung adalah wujud dari representasi atas partisipasi publik. Dan setiap proses dari pelaksanaan Pemilu, termasuk sengketa di dalamnya, menjadi tahapan pembelajaran penting.Â
Dalam perkembangan psikologi, diperkenalkan oleh Albert Bandura konsep pembelajaran sosial, melalui eksperimentasi Bobo Doll. Bahwa melalui paparan dalam interaksi fisik, seorang anak beradaptasi dengan lingkungan melalui pengamatan, termasuk merepetisi tindakan kekerasan kepada Bobo Doll.
Jika proses politik dalam kehidupan bernegara kali ini mampu disikapi dengan arif dan bijaksana, yang saat ini disandarkan kepada para hakim akan memutuskan perkara melalui hikmah yang didapat melalui mata hati terdalam, bukan sekedar mata kepala. Â
Karena, momentum yang kini menjadi perhatian publik ini, tidak hanya akan menjadi bagian dari sejarah kehidupan bernegara, tetapi sekaligus dapat menjadi catatan pelajaran publik, layaknya bangunan teori Bandura mengenai Bobo Doll.
Memori publik, akan menyimpan dan mempelajari apa yang akan terjadi di hari-hari mendatang, jelang penetapan hasil keputusan para hakim. Kita tentu berharap, hikmah yang mulia dapat diformulasikan melalui kerangka logika, etika dan estetika, melalui dasar nilai dalam konstitusi kita bersama.Â
Terang bahwa apapun hasilnya nanti, kita akan sangat menghormati dan menerimanya. Kini, sang Hakim yang harus mampu membuktikan hal itu!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H