Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Potret Demokrasi Kita

19 Juni 2019   05:44 Diperbarui: 19 Juni 2019   05:48 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tetapi ada rincian yang perlu dicermati dari hasil riset SMRC. Soal kekhawatiran publik tentang pembicaraan politik meningkat, hingga 43 persen terutama setelah 21-22 Mei. 

Termasuk tentang pengabaian konstitusi oleh pemerintah, yang nilainya tidak berubah sejak 2014, sekitar 28 persen. Selain itu, persepsi publik tentang perlakuan semena-mena aparat penegak hukum yang bertambah 14 poin, mencapai 38 persen.

Situasi tersebut, secara keseluruhan mengakibatkan terjadinya penurunan kepuasan terhadap demokrasi, sebanyak 8 basis poin, dikisaran 66 persen.

Hal ini patut menjadi perhatian, sekaligus merumuskan kemungkinan potensi kekuasaan dalam mendegradasi demokrasi. Konstruksi tersebut, menjadi sebangun dengan kerangka logika penyalahgunaan dan penyimpangan kekuasaan.

Blokir Ruang Publik

Posisi penting yang perlu menjadi bahan pembelajaran dari proses Pemilu 2019, termasuk atas kejadian aksi 21-22 Mei terkait sengketa hasil, adalah tentang peran sosial media sebagai medium amplifikasi, bagi perluasan pesan berjejaring.

Satu kajian yang berkembang dalam terminologi politik dan komunikasi adalah tentang Post Truth Era, ada ruang bercampur antara fakta realitas dan kebohongan alias hoax. 

Situasi tersebut kemudian mengakibatkan pengambilan langkah untuk shutdown sosial media, yang dimaknai sebagai perlambatan akses dan kontrol siber. Pertanyaannya, bagaimana memandang kebijakan tersebut,sebagai upaya aktif berperang melawan berita palsu atau bohong yang berseliweran di timeline sosial media?.

Efektivitas jangka pendek terpenuhi, karena publik mengalami keterbatasan akses informasi. Tetapi pada jangka panjang, tentu perlu kajian penuh yang komprehensif. Sosial media adalah ruang publik baru, dimana interaksi terjadi realtime, dalam posisi setara dan horizontal.

Lebih dari itu, pemanfaatan sosial media terbilang multivarian. Game online, e-commerce hingga update status pertemanan, ataupun konsumsi berita diperoleh melalui sosial media. Harus dipahami, ada kultur yang berubah di era digital kali ini. 

Internet menjadi barang yang umum, gadget smartphone adalah keseharian kita hari-hari ini, dan kita tengah berhadapan dengan fase transisi budaya digital. Dalam konsep adopsi teknologi, proses interaksi teknologi dan masyarakat, akan memunculkan bentuk budaya baru dalam kurun 20 hingga 30 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun