Tapi apakah letak soalnya politik identitas? Bukankah berbeda itu memang sudah kodrat alamiah? Dibandingkan harus membangun upaya fusi paksa atas identitas, maka yang harus dikembangkan adalah membangun sikap toleransi.
Problemnya tidak mudah merumuskan ulang langkah-langkah pembangunan tersebut, terutama di tengah situasi yang penuh dengan sentimen dan ketidakpercayaan.Â
Simpulan sementara, pengaruh politik identitas tidak akan massif jika ada kehendak untuk membangun imajinasi kehidupan bersama. Sudah siapkah kita? Dan mampukah kekuasaan memformulasikan kebijakan yang berlaku adil bagi semua pihak? Kita tentu perlu menunggu sejenak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!