PERDEBATAN terjadi, sesaat ketika tirai panggung debat telah tertutup. Tampilan kontestan Pilpres saat fase debat berlangsung, menjadi objek perdebatan baru. Situasi ini dapat dimaknai dalam bentuk metakomunikasi, yakni berkomunikasi di atas komunikasi. Para pendukung dan penentangnya, kemudian membicarakan apa yang terlontar di arena perdebatan.Â
Terkadang kondisi perdebatan tersebut, justru berlangsung jauh lebih sengit. Padahal, bisa jadi apa yang hendak disampaikan sang aktor saat bertindak selaku komunikator dalam wilayah debat, sesungguhnya tidak sedemikian seperti yang dipahami oleh para pengusungnya, bahkan mungkin bersifat lebih spontan tanpa disengaja. Di situlah permainan interpretasi diperagakan oleh mesin pendukung para kandidat.
Dinamika politik ini, dipastikan semakin menghangat, seiring dengan ajang debat selanjutnya, sekaligus mendekati tenggat waktu pemilihan. Lantas apa pentingnya memahami metakomunikasi? Komunikasi politik adalah persuasi, dalam upaya memperoleh dukungan material, berupa suara sah sebagai legitimasi.Â
Pada kajian metakomunikasi, setidaknya ada beberapa hal yang perlu dikelola, diantaranya (a) makna implisit, (b) pesan eksplisit, (c) aspek verbal, hingga (d) faktor non verbal. Kemampuan untuk mengelola metakomunikasi, menjadi penting pasca sebuah tindakan komunikasi. Mengapa demikian? Karena komunikasi bersifat irreversible, dimana sebuah aksi komunikasi tidak dapat dikembalikan.
Meski koreksi dapat dilakukan, tetapi situasi hasil akhirnya bisa berbeda, dengan apa yang diharapkan terjadi pada awal proses komunikasi berlangsung. Dengan begitu, perlu kemampuan untuk melakukan upaya reinterpretasi, guna menjelaskan ulang apa yang hendak disampaikan kepada khalayak. Bagi tim pemenangan, analisis metakomunikasi dapat diarahkan dalam dua posisi, (a) menjelaskan maksud dari kandidat yang diusung, dan (b) mematahkan argumentasi kandidat lain.
Pemakaian analisis metakomunikasi juga penting untuk dilakukan oleh publik, dalam mempersepsikan apa yang hendak ditawarkan oleh para calon, dengan menggunakan kriteria-kriteria yang muncul dari perdebatan yang terjadi.Â
Pada posisi tersebut, literasi politik publik meningkat menjadi kualitas baru, partisipasi politik bukan pada faktor kesukaan akan figur personal, melainkan pada substansi kebenaran yang disampaikan. Meski demikian, faktor pilihan atas subjektif individual tokoh juga bukan merupakan sebuah kesalahan, karena aspirasi demokrasi memberi ruang kebebasan dalam persoalan pilihan.
Interaksi dan Integrasi
Analisis metakomunikasi harus dikaitkan dengan apakah sebuah pesan komunikasi yang dikomunikasikan ulang, dapat mendorong terjadinya interaksi yang meluas, dan membangun terbentuknya integrasi secara semakin kohesif. Di mana poin interaksi dikaitkan dengan konten, sementara integrasi diselaraskan pada konteks sosialnya.
Apa yang menjadi kajian dari metakomunikasi pasca debat kemarin? Terkait tema: energi, pangan, sumber daya alam, dan lingkungan hidup, maka gagasan besar sebagai wacana yang hendak dibawa, seharusnya adalah hendak kemana arah pembangunan ditujukan berkaitan dengan sektor-sektor tersebut. Maka kita perlu mengurai komunikasi di dalam debat menjadi bagian terinci.
Pada makna implisit, debat harus membawa hal detail, maka data perlu ditampilkan. Keberadaan data sebagai sarana menghantarkan diri pada program yang ditawarkan.Â