Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Data dan Kata dalam Turbulensi Perdebatan

19 Februari 2019   09:17 Diperbarui: 20 Februari 2019   08:38 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Berdebat argumen (sumber: scienceya.com)

KEPEMIMPINAN adalah esensi politik! Figur pemimpin pula yang kini menjadi bagian terbesar dari porsi perhatian penduduk negeri ini, melalui kontestasi Pilpres 2019 yang tidak lama lagi menjelang. 

Pada prosesnya, para kontestan yang maju sebagai kandidat pemimpin, akan melewati fase debat untuk memberikan pendidikan politik bagi publik, sekaligus mengetahui serta memastikan apa yang hendak ditawarkan sang kontestan.

Perdebatan adalah momentum untuk mengadu argumentasi, berbalas nalar serta rasionalitas pemikiran, sebagai ide dalam membangun bangsa dimasa mendatang. Karena itu, kita harus mampu melihat kepemimpinan dengan karakteristik yang harus dapat ditampilkan bersamaan dalam kehadirannya. Kepemimpinan adalah soal pertanggungjawaban, dalam pengambilan keputusan.

Untuk dapat sampai pada pilihan alternatif keputusan, maka ada ada dua hal penting yang dilalui, yakni: (a) identifikasi persoalan, dan (b) formulasi atas opsi solusi dari permasalahan. 

Pada kedua level awal tersebut data sangatlah dibutuhkan. Kita paham, kursi kuasa Presiden itu menunjuk serta melekat pada individu, dengan supporting tugas menggunakan mekanisme kelembagaan, jadi tim kerja kabinet harus mereka yang berintegritas dan profesional.

Dengan demikian, level pekerjaan pemimpin akan meliputi beberapa tahap, diantaranya: (a) level mikro terkait pemahaman membaca data teknis, (b) wilayah meso kemampuan membangun format program kerja atas masalah yang muncul dari data teknis, dan (c) aspek makro sebagai bentuk abstraksi besar, yang menjadi gagasan bagi pilihan kebijakan dengan keberpihakan kepada kepentingan publik. Pada setiap level, peran kepemimpinan menjadi penting, meskipun tetap akan dibantu oleh sistem yang berada dibawah kendali pemimpin.

Kita lalu masuk ke paradigma kepemimpinan, bahwa pemimpin lebih dari sekedar manajer yang mengelola, karena diharuskan memiliki kebijakan dalam merumuskan kebijaksanaan. 

Pemimpin dinyatakan sebagai pihak yang "doing the right things" sementara manajer hanya bertindak "doing the things right". Pemimpin melampaui aspek manajerial, memberikan arah tujuan, membawa visi, serta mampu melakukan abstraksi dalam proyeksi masa depan.

Jadi data dalam angka dan juga kata, hanya menjadi salah satu dari kebutuhan kepemimpinan, di sisi lain pemimpin harus menjadi pembawa harapan dan pemikir yang ulet. Terlebih lagi, bila angka sebagai data dan rangkaian kata yang dipergunakan masih keliru, kita memang sedang krisis kepemimpinan dan mencari pemimpin bagi perubahan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun