Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggugat Pakar dalam Abad Informasi

27 Januari 2019   22:43 Diperbarui: 27 Januari 2019   22:45 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Integrasi kehidupan manusia bersama dengan teknologi dalam keseharian hidupnya, termasuk diantaranya peran smartphone sebagai alat bantu menggeser kerangka berpikir manusia hanya semata user, karena aspek smart telah disematkan pada alat yang dipergunakan sebagai instrumen, bukan lagi pada kapasitas isi kemampuan kepala manusia mengolah persoalan yang dihadapinya.

Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi para pakar, yang seharusnya mampu memastikan tidak terjadinya bias konfirmasi dan informasi, karena dampaknya (a) terdapat informasi yang kurang, dan (b) terjadi informasi yang salah. Kita kini berhadapan dengan keduanya, ditambah lagi dengan ketergesa-gesaan publik dalam memahami sebuah persoalan melalui over generalisasi. Budaya instant merambah sendi kehidupan masyarakat.

Viralitas dan jumlah follower kemudian menjelma menjadi diksi yang menentukan kebenaran, popularitas mengalahkan nilai akademik, dan nilai-nilai kepakaran memudar dalam batas yang teramat tipis. Pada tantangan yang semakin menghebat itu, perlu ada reformulasi bentuk kepakaran yang dapat menjawab tantangan jaman, termasuk mendemokratisasikan kehidupan dalam arus teknologi yang semakin matang kali ini.

Bagaimana caranya? Tidak lain dan tidak bukan dengan mendorong literasi publik, membangun kebiasaan untuk dapat think before like or share, mendahulukan kemampuan berpikir intrapersonal -dalam diri sendiri terlebih dahulu, sebelum membangun interaksi lanjutan melalui model komunikasi many to many di dunia maya. Bila tidak, bukan tidak mungkin kepakaran di masa depan akan disusun ulang, dan tidak lagi konsentrik pada yang berlabel pakar semata, melainkan tersebar, karena dunia digital terdiri dari sistem binary secara acak.

Bisa jadi, para pakar nantinya adalah mereka yang mampu menyusun ulang kode digital dari algoritma berpikir publik, bukan sekedar penguasaan konten dan konteks, tetapi memiliki kemampuan komputasi serta matematis, sesuai laku jaman kekinian!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun