Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia Barokah, Washington Post, dan Politik Offensif

26 Januari 2019   14:37 Diperbarui: 26 Januari 2019   14:46 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lantas bagaimana dengan distribusi medianya? Lokasi sasaran tertarget secara nasional, mungkin saja Jawa menjadi titik mayoritas distribusi, karena populasi jumlah pemilih terbesar terdapat di pulau ini. Dimana masjid dan pesantren menjadi tujuan, tentu saja hal ini sesuai dengan algoritma bahwa secara dominan pemilih beragama Islam. 

Populasi muslim sebagai kriteria dari pemilihan politik, dalam logika Indonesia Barokah, perlu didekonstruksi atau dilepaskan dari keterlekatan simbolik pada figur tertentu.

Hingga pada puncaknya, di bagian akhir dari kajian media, menempatkan proporsi konsumsi khalayak, yang tentu diharapkan melalui kehadiran media Indonesia Barokah tersebut, dapat melakukan perubahan sikap dan perilaku pemilih. Media massa kemudian menjadi alat propaganda, selaras dengan Joseph Goebbels Menteri Penerangan dan Propaganda Nazi yang membentuk propaganda dalam makna negatif dikarenakan aspek manipulatif. Jadi bagaimana kita memaknai Indonesia Barokah kali ini? Tentu tidak lebih dari karya jurnalistik yang berselera rendah, itu saja!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun