Lantas bagaimana dengan distribusi medianya? Lokasi sasaran tertarget secara nasional, mungkin saja Jawa menjadi titik mayoritas distribusi, karena populasi jumlah pemilih terbesar terdapat di pulau ini. Dimana masjid dan pesantren menjadi tujuan, tentu saja hal ini sesuai dengan algoritma bahwa secara dominan pemilih beragama Islam.Â
Populasi muslim sebagai kriteria dari pemilihan politik, dalam logika Indonesia Barokah, perlu didekonstruksi atau dilepaskan dari keterlekatan simbolik pada figur tertentu.
Hingga pada puncaknya, di bagian akhir dari kajian media, menempatkan proporsi konsumsi khalayak, yang tentu diharapkan melalui kehadiran media Indonesia Barokah tersebut, dapat melakukan perubahan sikap dan perilaku pemilih. Media massa kemudian menjadi alat propaganda, selaras dengan Joseph Goebbels Menteri Penerangan dan Propaganda Nazi yang membentuk propaganda dalam makna negatif dikarenakan aspek manipulatif. Jadi bagaimana kita memaknai Indonesia Barokah kali ini? Tentu tidak lebih dari karya jurnalistik yang berselera rendah, itu saja!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H