Kita mungkin akan disuguhkan dengan keriuhan ruang percakapan diberbagai media, terutama media sosial, tentang masing-masing argumentasi parapihak. Dalam ilmu komunikasi, hal ini dikenal sebagai teori disonansi kognitif, dimana pendukung loyal akan membenarkan kandidat yang diusung, dengan mereduksi ketegangan atas kebenaran yang mungkin ditawarkan oleh pihak lain. Sementara itu, yang lebih penting justru memastikan apa yang tidak terlihat serta tidak terdengar. Hal ini yang dikenal sebagai teori "spiral kebisuan", bahwa ada sikap yang tidak terbaca dari pemilih yang diam.
Bisa jadi, kelompok ini pula yang teridentifikasi berada dalam ambigu serta kebimbangan untuk menentukan pilihan, bisa jadi pula karena pada akhirnya jenuh dengan pertarungan politik yang terjadi, berpotensi menyebabkan pertambahan pemilih yang tidak memilih alias golput, atau justru nyeleneh sebagaimana fenomena memepolitik Nurhadi-Aldo sebagai kandidat alternative. Hal yang terakhir ini yang perlu diwaspadai, oleh masing-masing kandidat serta tim pengusungnya. Jangan sampai ada aspirasi yang tidak mampu ditampung dan dipecahkan melalui mekanisme debat Pilpres kali ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H