Kemampuan pasangan fiksi imajiner Pilpres ala Nurhadi, sekaligus membuktikan bila konsep komunikasi politik seharusnya diformulasikan dalam bahasa yang sederhana serta menyentuh perikehidupan publik. Sehingga terdapat penyampaian pesan dalam makna yang efektif. Publik dapat menerima -received, dan memahami makna -accepted.
Dalam aspek komunikasi, sekurangnya terjadi efektivitas pesan Nurhadi dalam fungsi membangun relasi proksemik -kedekatan ruang dan waktu antara tokoh dan publik, serta paralinguistik -pemakaian pola bahasa yang mudah dicerna.Â
Hal ini justru berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada tataran politik prosedural, yang kerap sulit dijangkau rasio publik.
Tafsir atas fenomena pencalonan Nurhadi di dunia maya tentu saja tidak bisa diremehkan, meski glorifikasi secara berlebihan juga bisa jadi sebuah kekeliruan.Â
Setidaknya Nurhadi memainkan peran reflektif, sesuai dengan profesinya sebagai tukang urut untuk merelaksasi ketegangan yang memuncak. mungkin kita tengah menuju jalan menuju Indonesia klimaks yang sejahtera, sebagaimana mimpi Eudaimonia dalam kehidupan politik berbangsa.