Perkembangan teknologi adalah hal yang mutlak terjadi, perubahan dalam gerak kehidupan manusia ditopang oleh kehadiran perangkat dan peralatan yang ditujukan bagi upaya mempermudah hidup kita. Tetapi dalam logika kapitalisme, perangkat teknologi tidak ansich begitu saja dipandang secara bebas nilai. Termasuk didalamnya keberadaan perguruan tinggi, sebagai tempat berpusatnya pengetahuan dan pembangunan rintisan teknologi.
Dalam kerangka pasar, peran perguruan tinggi tidak dapat dilepaskan sebagai lokasi pemenuhan sumberdaya manusia yang akan menjadi simpul kerja bagi mesin kapital. Kerangka dasar kapitalisme adalah tentang laba, dominasi pada basis struktur ekonomi dengan penguasaan alat-alat produksi. Dengan demikian, perbaharuan perangkat teknologi adalah upaya kapitalisme, untuk dapat terus melakukan efesiensi bagi kapasitas produksi.
Determinisme teknologi sebagaimana Mc Luhan nyatakan, bahwa teknologi adalah perpanjangan dari indera manusia, sesungguhnya tidak berlangsung tanpa basis kepentingan kelompok dominan. Sehingga, pada formulasi akhirnya, teknologi adalah alat dari kelompok berkuasa untuk kemudian melakukan penguasaan pada lapisan luas yang tersubordinasi, teknologi menjadi perangkat kontrol dan pengaturan, bahkan bisa jadi sekaligus menjadi sarana represi fisik.
Komodifikasi adalah bentuk yang terang benderang dalam pemikiran kapitalisme. Perubahan nilai guna menjadi nilai tukar, mengubah kebutuhan menjadi nilai keinginan, dengan kepentingan pertukaran nominal dan beroleh keuntungan. Akumulasi laba, adalah target tersasar dari kerja kapitalisme. Manusia didalam kapitalisme kehilangan jati dirinya, karena kerja pada hakikatnya adalah karya yang ditujukan bagi upaya memanusiakan kemanusiaan.
Bekerja dalam kapitalisme adalah berupaya mengejar target keuntunganyang ditentukan pemilik modal, bukan bagi upaya pembebasan karya sebagai kemampuan tertinggi kemanusiaan. Maka nilai guna berubah menjadi nilai tukar. Keberlangsungan kapitalisme ditopang oleh kuasa ilmu pengetahuan, sebagaimana Foucault berbicara tentang disciplinary poweryang merupakan kekuasaan dalam wujud yang tidak disadari, termasuk diantaranya adalah fungsi institusi pendidikan.
Apa yang dikatakan Foucault tersebut, terkonfirmasi dalam pernyataan Gramsci tentang hegemoni yang bermakna relasi kuasa dominan dalam ketidaksadaran. Kekuasaan kepentingan kapital, masuk ke dalam relung-relung kehidupan bermasyarakat. Pendidikan tinggi sebagai mercusuar ilmu pengetahuan, yang menjadi kawah candradimuka bagi tercetaknya generasi tercerahkan, kemudian tidak lebih sebagai pencetak tenaga kerja berkualitas.
Sebagaimana Paulo Freire, yang berbicara tentang pendidikan nan membebaskan, maka keharusan dari proses pendidikan adalah timbulnya sensitifitas akan relasi sosial dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, output dari proses pendidikan, persis sebagaimana terminologi Gramsi tentang intelektual organik yang mampu membawa perubahan dan pembebasan dari keterbelengguan rantai kapitalisme, bukan justru sebaliknya terkungkung dalam pasungan kapitalisme itu sendiri.
Inovasi, Komersialisasi dan Kemanusiaan
Rumus baku dari inovasi tidak hanya soal invention sebagai temuan dan penemmuan baru, tetapi diboboti oleh aspek komersialisasi. Dengan begitu, sebuah penemuan menjadi layak atau tidak untuk diteruskan dalam kerangka keilmuan, akan dilihat dari apakah hasil yang didapatkan tersebut memiliki nilai pasar dalam sudut pandang transaksi supply and demand.
Lantas kemudian kampus yang berhasil ditandai sebagai missing link antara kegairahan pasar dalam kapitalisme dengan kebutuhan intelektual yang mendukung keberlangsungan hidup kapital itu sendiri. Sehingga, pengetahuan tidak pernah mencapai nilai independensi dan bebas nilai, justru pengetahuan adalah kepentingan itu sendiri, seperti Foucault berbicara tentang dialektika knowledge is power and power is knowledge, bahwa pengetahuan dan kekuasaan yang dominan akan berjalan secara selaras saling melanggengkan.
Jika demikian, maka apa yang perlu dilakukan perguruan tinggi lepas dari jerat kapitalisme dan mendorong keterbebasan kemanusiaan? Jelas tidak mudah pada alam kapitalisme yang semakin kompleks, dan proses alienasi secara mendalam dan menyebabkan keterasingan kita dari kehendak dasar kita sendiri. Kita menjadi individu yang bersifat one dimentional manala Marcuse, yang tidak memiliki kemampuan negasi, sehingga kehilangan kesejatian diri, dan hanya merupakan proyeksi dari konstruksi kapitalisme.