Demikian pula sebaliknya, pemimpin yang kuat dengan struktur kelembagaan yang lemah, hanya akan memungkinkan timbulnya rasa kepercayaan diri berlebihan yang akan menjurus pada penciptaan tirani. Sehingga, fase pemilihan presiden, haruslah menjadi upaya balancing -menyeimbangkan hubungan antara subjek individual dan sistem kelembagaan sebagai wadah pemikir kepemimpinan, dengan situasi objektifnya yakni kehendak publik itu sendiri.
Kecerdasan publik untuk dapat melihat kandidat pemimpin dari lingkup kepemimpinan disekitarnya dan yang melingkarinya, akan menjadi penentu. Dengan begitu, kita akan mendapatkan pemimpin yang kuat dalam kemampuan berpikir, bertindak dan mengambil keputusan besar, dengan kelembagaan yang kuat guna memberikan influence terbaik, disertai dengan dukungan publik secara meluas. Hidup dan merdeka!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H