Tetap menarik! Menempatkan pemahaman Marx sebagai sebuah kajian akademik atas situasi sosial, termasuk perkembangan sesudahnya, masih terbilang relevan meski dibutuhkan update aktulitas sesuai dengan kondisi kekinian yang berlaku. Determinisme ekonomi ala Marx, yang menempatkan fase kapitalisme sebagai struktur yang berkuasa dalam gerak sejarah masyarakat, belumlah terbongkar.
Prinsip dasar dari substansi pemikiran Marx berupa, (1) materialisme bahwa faktor penggerak kehidupan sosial ditumpukan pada basis ekonomi, yang menopang struktur bangunan diatasnya, (2) dialektika, yakni terdapat dinamika gerak internal dalam kehidupan sosial, tesis berlawanan dengan antitesis dan menimbulkan sintesa baru, bentuknya adalah pertentangan kelas sosial, (3) historis yang mengungkapkan bahwa perjalanan hidup bermasyarakat adalah periode siklik lompatan kuantitas dan kualitas secara berkesinambungan, sejak mulai abad tribal hingga tingkatan final sosialisme-komunisme.
Ketika apa yang dipahamkan Marx masih terbilang utopis hingga saat ini, maka para pemikir muda yang mewarisi cara berpikirnya mereformulasi bentuk Marxisme dalam kerangka pembebasan manusia. Marx berbicara tentang struktur proletariat yang ditindas oleh borjuasi, dengan bentuk penghisapan atas hasil kerja disebabkan penguasaan alat produksi diera kapitalisme,dan situasi pembebasan diwujudkan melalui revolusi proletariat, mengenyahkan alienasi dan kesadaran palsu yang terselubung.
Bentuk implementasi Marxisme pada revolusi Bolshevik di Russia, melalui kerja Lenin akhirnya kemudian menciptakan dominasi baru, struktur tatanan masyarakat yang terbebaskan sebagaimana Marx bayangkan tidak tercapai, alih-alih justru berada dalam subordinasi baru, yakni kuasa negara dan partai komunis. Kerangka determinisme ekonomi, ternyata tidak menjawab persoalan ketimpangan sosial.
Para Pemikir Kiri Baru
Generasi pencetus teori kritis, seperti Horkheimer, Adorno dan Marcuse membangun formasi pemikir yang mendasarkan cara berpikir dengan pondasi dasar Marxisme sesuai dengan keterbaharuan kondisi, yakni kapitalisme yang semakin berkembang, dan determinisme ekonomi atas masalah penguasaan alat produksi semakin tidak relevan disebabkan terjadinya alienasi secara mendalam ditingkat pekerja.
Struktur kuasa kapitalisme merasuk dalam kerangka berpikir, diseluruh segmen realitas kehidupan. Horkheimer dan Adorno berbicara tentang rasionalisme, dialektika pencerahan yang harus menjadi titik tolak pembebasan, menuju masyarakat emansipatif dan partisipatif. Disisi yang bersamaan Marcuse menyebut tentang one dimensional man, yang digerakan oleh faktor dan tujuan diluar dirinya.
Ketidaksadaran publik, harus dibangkitkan menuju kesadaran baru dengan penguatan basis rasionalitas. Dengan demikian, upaya untuk mencapai derajat tertinggi keterbebasan manusia dari belenggu ketertindasan, melalui pencerahan pemikiran, membongkar kembali struktur dan relasi sosial yang telah ada, dalam kerangka bukan sebagaimana adanya, tetapi melihat ide dominan siapa yang berkuasa?.
Kemampuan menghantarkan kritik, mengurai hakikat, selayaknya mencari noumena atas fenomena adalah tugas dari kelompok pemikir dan ilmuwan yang kritis dalam memandang persoalan lingkungan sosial masyarakat disekitarnya. Dengan demikian, aspek praksis menjadi hal yang tidak dapat ditolak lagi, bahwasannya ilmuwan harus memiliki keterpaduan antara pemikiran dan tindakan pembebasan atas nama kemanusiaan.
Tantangan SituasiÂ
Habermas tampil setelah generasi pertama peletak teori kritis memulai pengembaraan ide-ide pembebasan rasio. Meski tetap melandaskan dirinya pada konsepsi Marx terkait dominasi dan penguasaan dalam struktur masyarakat, Habermas menyampaikan gagasan tentang upaya pembentukan ruang publik menuju masyarakat komunikatif.Â