Pun demikian halnya dengan pemimpin populis, yang membangun struktur disekelilingnya dengan berbagai program populer. Karena popularitas akan selalu menjadi bekal sebagai modal keterpilihan.Â
Perlu peran publik untuk memastikan seluruh kerangka program populis tersebut, tidak berakhir sekedar menjadi gugus wacana, atau bahkan sebagai usulan program tanpa realisasi nyata yang memiliki dampak bagi kebaikan publik.Â
Orientasi pemimpin dan kepemimpinan seharusnya ditempatkan dalam bentuk transformasional, menciptakan ruang publik yang memastikan hak-hak publik terpenuhi, membangun emansipasi termasuk didalamnya partisipasi.Â
Perlu kembali diingatkan, pada proses pemilihan politik kali ini, maka dibutuhkan nalar yang sangat kuat, baik bagi calon pemimpin maupun calon pemilih. Selamat memutuskan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H