Dan hal tersebut dimulai dengan kesadaran akan relasi persoalan riil keseharian dengan aktifitas pengambilan kebijakan diruang politik. Jadi tidak ada yang salah ketika milestone dimulai dengan setapak langkah kecil sebagai permulaan.
Isu Ekonomi Domestik atau Emansipasi?
Pengelompokan pandangan tentang status emak-emak, serta isu-isu yang dikumandangkan bersamaan dengan periode tahun politik kali ini, tidak pelak membuat kita membahas kembali tentang bagaimana kelompok kaum perempuan mencoba membawa eksistensi diri dan aspirasinya.Â
Sebagian diantaranya menyoal tentang ketimpangan struktural dan sistematik yang berujung pada masalah gender dan kesetaraan, sementara sebahagian lain berbicara tentang problem domestik semisal pangan, pendidikan dan kesehatan.Â
Mana yang lebih powerfull? Harus bisa dipahami pula bahwa politik terkait dan sangat bersangkutan dengan kehidupan keseharian kita - daily life problems.
Dengan demikian, politik bukan semata soal konsepsi dan abstraksi yang terlalu besar hingga kehilangan esensi mendasarnya. Politik adalah apa yang kita rasakan dan alami dalam waktu demi waktu kehidupan kita.Â
Jadi pilihan emak-emak untuk masuk ke ruang politik dengan mengusung masalah ekonomi domestik alias rumah tangga, jelas dibangun sebagai sebuah gagasan yang penuh makna.
Kita mahfum, politik bukanlah ruang hampa, karenanya banyak kepentingan disana. Ketika emak-emak mulai membuka suara, maka perlu perhatian khusus yang diberikan.
Sebaiknya kelompok aktivis perempuan justru mampu melihat hal ini, sebagai modalitas serta kekuatan baru dari rasa kepedulian. Sehingga bukan sekedar melihat point pertentangan dan perbedaan, melainkan melainkan mencari titik persamaan. Â
Sesuai fitrahnya, emak-emak memiliki sifat pengasuhan. Ada nilai kebaikan dan keindahan yang lekat dalam personalitas perempuan. Rahim dan kerahiman adalah titik bermula dalam kesucian kehidupan.Â
Jadi jangan anggap enteng apalagi sebelah mata kalau emak-emak sudah bicara. Istilah kids jaman now: kelar dah idup loe !