Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mendadak Survei dan "Polling" Politik

22 Agustus 2018   13:58 Diperbarui: 22 Agustus 2018   17:29 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (pixabay.com)

Polling: Hutan Belantara Statistik 

Dalam survei, metode polling dikenal sebagai short survey, dimana prosesnya dilakukan secara cepat, dengan pertanyaan tunggal, bersifat terbuka. Dengan demikian, hasil yang diperoleh akan bisa langsung memberikan kesimpulan secara statistik. 

Polling tetap sahih sebagai sebuah metode jika terukur dalam sampling, polling terbuka terlebih online bisa sangat tinggi nilai error yang terjadi. Tujuan akhirnya sama seperti layaknya survei, sebagai upaya menggalang opini publik.

Dengan begitu, polling relatif rendah nilai kebenaran hasilnya. Ibarat rimba belantara, polling tidak mengunci indikator sampling, pembatasnya hanya waktu polling. Jadi, siapa saja bisa berpartisipasi. Termasuk proses politik di Indonesia bisa diikuti pollingnya melalui bot yang basis kedudukannya diluar teritori lokal.

Apalagi polling dilakukan melalui sosial media. Diakun milik "si anu" akan terpilih "si anu" sebagai pemenang polling, hasilnya akan berbeda bila dilakukan melalui akun yang berbeda pula. Tingkat konsistensi yang rendah ini bukanlah halangan yang berarti, karena faktor similaritas. 

Pengikut -baca: follower akun sosial media milik suatu figure akan terkait dengan fanbase -lovers, meski dalam perang siber akun haters juga kerap memfollow. Bahkan akun bodong, fake account bisa terlibat dalam sebuah polling.

Sehingga, jangan terlalu ambil pusing dengan hasil polling, sama halnya dengan hasil survei, terkecuali memang menggunakan metodologi statistik yang ketat dan independen dari kepentingan yang mengarahkan pada suatu hasil tertentu. Apa yang perlu diperhatikan dalam sebuah survey? Catatan-catatan kritisnya mungkin dapat menjadi pertimbangan teknis. Tetapi yang terpenting dalam upaya pemenangan kandidat adalah kerja efektif dibasis pemilih.

Citra dan opini publik akan berhadapan dengan rasionalitas pemilih, karena kini pemilih tidak dapat hanya dipandang sebagai objek pasif, melainkan menjadi subjek yang aktif dalam mencari dan membandingkan informasi. 

Dengan demikian, upaya membangun bonding dengan pemilih, mendekatkan ruang interaksi dan komunikasi dalam jarak, yang semakin memudahkan dalam aksesibilitas publik akan seorang tokoh/ figur, akan menjadi sarana efektif bagi awal yang positif mendorong pengenalan dan identifikasi calon kontestan.

Selanjutnya? Memastikan ketertarikan menuju keterpilihan hingga masuk ke bilik suara, disini perlu kerja nyata dari koalisi pengusung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun