Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Politik Harapan dalam Balut Kebohongan

16 Agustus 2018   13:18 Diperbarui: 16 Agustus 2018   13:41 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai teori tersebut, kebohongan dapat dilancarkan melalui upaya pemalsuan -falsification, menyamarkan -concealment dan mengaburkan -equivocation. Metode yang terkait pengiriman informasi dapat terlihat melalui ketidakpastian pesan, menarik pernyataan, menjawab secara tidak relevan, berusaha memposisikan citra diri hingga respon jawaban pertanyaan yang lambat.

Pernah memperhatikan hal-hal tersebut diwajah aktor politik kita? Mudah saja, meski tertangkap tangan masih berdalih dijebak, seolah tidak terjadi serta tidak mengetahui. Permasalahannya kemudian, kebohongan adalah aktifitas berkesinambungan. Suatu kebohongan ditutup dengan kebohongan lain, lantas menjadi lingkaran setan kebohongan yang meluas.

Maka memastikan para aktor dan elit politik yang berintegritas, dalam kancah perpolitikan nasional pada periode tahun politik mendatang menjadi penting. Peran publik pun menjadi penting, karena masa kampanye nantinya para tokoh/ aktor politikakan membuka terjadinya interaksi dialogis diruang publik.

Masyarakat berperan serta memiliki kemampuan untuk melakukan deteksi kebohongan, mulai dari aspek historis rekam jejak hingga mencermati pertanda non verbal. Sesuai teorinya, kebohongan yang semakin banyak, akan memunculkan terjadinya kebocoran atas versi kebenaran (leakage the truth).

Jadi, kalaulah ada calon yang berkontestasi berbicara dengan nada yang membingungkan, tidak lugas, serta tidak menghadap mata audiens, serta bebagai tanda non verbal lain seperti kegelisahan, waspada dan jelilah, karena disitu bisa jadi titik awal kebohongan dimulai. Maka jadilah pemilih cerdas dan berdaya agar tidak terpedaya serta kehilangan harapan!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun