Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Interaksi Simbolik Jamuan Malam Politik Jelang Tenggat

24 Juli 2018   06:44 Diperbarui: 24 Juli 2018   07:16 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jamuan makan malam itu menjadi istimewa! Maklum saja, tuan rumahnya adalah petahana, yang diundang bersantap kali itu juga bukan orang biasa, mereka petinggi partai pendukung dan menjadi koalisi. Berita itu diekspos berbagai media, jejak digitalnya berserak di jagad online.

Tidak semua tokoh petinggi partai yang menyatakan dukungan diundang pada kesempatan itu, termasuk beberapa tokoh partai baru yang akan mengikuti kontestasi 2019 dan sudah jauh-jauh hari memberikan dukungan bagi incumbent tidak nampak. Entah bila ada dimeja yang berbeda dalam ruangan tersebut.

Tampak para elit tertinggi partai koalisi tersenyum sumringah, bukan sekedar persoalan menu hidangan khas sunda yang menggoda, tentu juga tentang arah dukungan suara dan perbincangan seputar siapa pendamping petahana nantinya, meski hal tersebut senyap untuk dipublikasi, menjadi konsumsi tertutup di meja makan. Konsumsi informasi yang terbuka hanya soal diplomasi meja makan dan menu hidangan yang disajikan, beserta para tamu undangan yang hadir di acara istimewa tersebut.

Pada saat yang bersamaan, kubu yang berbeda, juga berkumpul, meski tidak disebutkan apa saja hasil komunikasi yang terjalin pada pertemuan itu. Kita mahfum, hari-hari ini ketegangan baru dimulai, bersanding sebagai pasangan politik jelas bukan persoalan mudah, ada aspek kesamaan pandang dan kepentingan praktis bersama, termasuk pembagian peran.

Proses eskalasi suhu politik terus terjadi paska pilkada serentak, mesin partai dihangatkan menjelang tahun politik 2019, meski belum ada bentuk kepastian koalisi ditingkat elit, mungkin karena persoalan berbagi peran pra dan paska pemilihan nantinya belum mendapatkan kesepakatan secara bulat oleh para pihak.

Periode kritikal penentuan pasangan semakin menjelang, mendekati tenggat, belum ada nama secara definitif terkecuali petahana untuk posisinya, sementara pasangan wakil petahana belum diumumkan kemuka. Pun termasuk, pasangan nama penanding yang akan ikut berlaga di putaran Pemilu 2019 belumlah dicuatkan. Posisi parapihak yang berbeda kepentingan tersebut saling menunggu, bermain dalam gerilya secara tertutup maupun melalui ekspose terbuka. Saling mengukur dan menakar, karenanya nama-nama belum juga dimunculkan secara pasti.

Menarik untuk dapat menangkap pesan dalam makna simbolik yang dimainkan para tokoh tersebut, dalam kajian semiotik ada makna dibalik tanda dan simbol. Dalam kajian komunikasi, terdapat pola komunikasi konteks tinggi (Hall, 1977) yang mengandaikan sebuah komunikasi berlangsung dalam  interaksi makna secara implisit, menggunakan pendekatan non verbal dan tidak bersifat langsung serta terbuka, hanya in-group yang mampu membaca secara jelas, diluar lingkaran dalam hanya mampu memberi tafsir yang kiranya bersesuaian.

Momentum santap malam bersama, adalah aksi simbolik, ada aspek semiotik disana, dan komunikasi yang terjadi dalam pertemuan tersebut berada dalam komunikasi konteks tinggi yang tidak dibuka kepada khalayak ramai. Tetapi, kita bisa serta berhak untuk memberi tafsir sebagai pihak yang terpapar informasi tersebut, maka mari kita urai satu persatu hal ini:

Pertama: agenda makan malam menghadirkan suasana informal dari sebuah pertemuan politik yang penting, hal ini bisa dimaknai sebagai upaya petahana yang seolah hendak mencoba mencairkan kebekuan antar pendukung didalam koalisi karena parapihak sesungguhnya sedang saling bersaing untuk menjadi kandidat pendamping. Pun nantinya peserta koalisi, diharapkan bulat dalam bersepakat untuk setuju penunjukan satu diantara beberapa nama yang selama ini disebut ada dalam saku kantong petahana.

Kedua: aktifitas bersantap, menundukan hasrat perut dengan menu menggugah selera adalah bentuk dari bersatunya kepentingan yang sama didalam koalisi. Meski dalam satu koalisi besar, masing-masing juga tengah bersiap dengan strateginya untuk tetap survive pada Pemilu 2019. Diplomasi makan malam, justru dapat menjadi pemersatu kepentingan bersama, soal kesepakatan lidah termasuk soal rasa.

Ketiga: hanya partai pendukung dalam koalisi dari Pemilu 2014 yang menjadi tamu undangan, fenomena ini hendak menegaskan peran penting dukungan partai dalam koalisi, yang telah aktual memiliki basis suara terukur, partai-partai baru yang juga memberi dukungan bagi petahana merupakan pelengkap kalkulasi, menjadi bilangan genap sebagai pembulat.

Keempat: para petinggi puncak partai yang terundang, tentu tidak main-main, kondisi ini sekaligus mengirimkan sinyal bagi kelompok yang berbeda, tentang solidnya dukungan bagi petahana. Koalisi besar, dengan jumlah partai yang banyak dan kumulatif suara berdasarkan porsi historis atas Pemilu 2014 secara dominan hendak mengukuhkan posisi, sekaligus unjuk kekuatan koalisi.

Kelima: berlokasi di istana, jelas simbol kekuasaan terlihat, dan perjamuan kali ini juga tentang kuasa, kemungkinan pula soal setting berbagi kuasa setelah berkuasa nantinya, mungkin terlalu dini, tapi kita juga tidak mengetahui persis pembicaraan yang dibahas, karena kursi kuasa membutuhkan supporting pendukung berjalannya kekuasaan sebagai suatu hal yang logis tentunya.

Dibalik semua aksi simbolik secara politik itu, kita juga melihat kubu yang menjadi penanding juga sedang menggodok nama-nama diseputaran pasangan calon. Tentu semua informasi tertutup ini, akan terbuka juga pada waktu pendaftaran pasangan calon nantinya, bisa jadi disaat injury time tetapi kita mampu melihat serta membaca bila para elit kini tengah mulai mengambil posisi komunikasi kepada publik sebelum genderang dan peluit penanda kompetisi dibunyikan.

Mencermati simbol-simbol yang dipergunakan, tentu kita menampatkan harapan besar, bila simbol tidak hanya bentuk tampilan pemanis rupa, namun sekaligus menghadirkan makna, dan arti makna sejati dalam sebuah kontes politik adalah sebesar-besarnya kedaulatan rakyat dalam terminologi kemakmuran serta kesejahteraan!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun