Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dramaturgi dan Propaganda dalam Tahun Politik

12 Juni 2018   13:02 Diperbarui: 12 Juni 2018   13:09 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: posbali.id)

Untuk hal terakhir, audiens diharuskan memiliki kemampuan kritis dari sekedar menjadi objek paparan propaganda. Akan terdapat perang kata antar para kandidat, termasuk klaim dan mengasosiasikan dirinya akan sesuatu hal yang menjadi fokus perhatian publik.

Pada teknik propaganda, kita mengenal banyak bentuk turunan praktis. Mulai dari memberi julukan (name calling) semisal penyambung lidah rakyat, transfer dalam makna membawa dukungan mudah saja lihat spanduk yang memberikan ilustrasi gambar tokoh partai masa lalu selain foto kandidat kontestan, hingga mengasosiasikan diri sebagai rakyat biasa (plain folks) agar terlihat merakyat.

Tidak berhenti disitu, dampak hasil dari propaganda adalah terbentuknya bandwagon effect, agar publik bertindak menjadi pengikut dengan dasar penerimaan tanpa syarat, sebagai efek ikut-ikutan atas persetujuan yang telah lebih dahulu diterima oleh kelompok mayoritas.

Kalau demikian, maka kita juga dapat memahai bila propaganda kerap menghilangkan satu sisi yang menjadi kelemahan, memberikan penekanan pada kemampuan diterima masyarakat, bahkan dengan melakukan kamuflase yang menyamarkan diri untuk tujuan dan kepentingan tertentu.

Jadi, ditahun mendatang pada tahun politik, Anda perlu jelas melihat konsistensi karakter dan kepribadian individu sang calon. Karena pertaruhan nasib kita, dimulai ketika terjadi salah memilih pada proses pilihan politik.

Pastikan Anda teliti dan cermat, bukan sekedar melihat tampilan dan suguhan aktraksi simbolik yang bisa jadi tidaklah menunjukkan wajah sebenarnya, bahkan nampak jauh dari keaslian dalam pribadi keseharian seorang kandidat.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun