Untuk hal terakhir, audiens diharuskan memiliki kemampuan kritis dari sekedar menjadi objek paparan propaganda. Akan terdapat perang kata antar para kandidat, termasuk klaim dan mengasosiasikan dirinya akan sesuatu hal yang menjadi fokus perhatian publik.
Pada teknik propaganda, kita mengenal banyak bentuk turunan praktis. Mulai dari memberi julukan (name calling) semisal penyambung lidah rakyat, transfer dalam makna membawa dukungan mudah saja lihat spanduk yang memberikan ilustrasi gambar tokoh partai masa lalu selain foto kandidat kontestan, hingga mengasosiasikan diri sebagai rakyat biasa (plain folks) agar terlihat merakyat.
Tidak berhenti disitu, dampak hasil dari propaganda adalah terbentuknya bandwagon effect, agar publik bertindak menjadi pengikut dengan dasar penerimaan tanpa syarat, sebagai efek ikut-ikutan atas persetujuan yang telah lebih dahulu diterima oleh kelompok mayoritas.
Kalau demikian, maka kita juga dapat memahai bila propaganda kerap menghilangkan satu sisi yang menjadi kelemahan, memberikan penekanan pada kemampuan diterima masyarakat, bahkan dengan melakukan kamuflase yang menyamarkan diri untuk tujuan dan kepentingan tertentu.
Jadi, ditahun mendatang pada tahun politik, Anda perlu jelas melihat konsistensi karakter dan kepribadian individu sang calon. Karena pertaruhan nasib kita, dimulai ketika terjadi salah memilih pada proses pilihan politik.
Pastikan Anda teliti dan cermat, bukan sekedar melihat tampilan dan suguhan aktraksi simbolik yang bisa jadi tidaklah menunjukkan wajah sebenarnya, bahkan nampak jauh dari keaslian dalam pribadi keseharian seorang kandidat. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H