Etika: Bisnis atau Publik?
Kemampuan media massa dalam memperpanjang umur hidupnya, adalah dengan balancing antara unsur bisnis dan kepentingan publik secara seimbang.
Sulit dibayangkan bila ranah kepentingan publik diabaikan hanya untuk mengejar omset melalui aspek bisnis semata, karena keberadaan media massa bergantung pada kesetiaan khalayak audiens.
Maka, aspek editorial harus berada dalam posisi yang setara dengan kedudukan kepemilikan media. Tidak bisa terus menjadi pengikut kepentingan pragmatis, menyangkut soalan idealisme.
Tidak mudah memang, bisa jadi ada konflik internal yang mengemuka, tetapi itu adalah dinamika. Peran para pihak menjadi penting, pemilik media, editorial dan audiens harus dibangun dalam relasi setimbang dan setara satu dengan yang lain.
Pada prinsipnya, akan ada hal penting terkait dengan problem etik, yang mengangkat masalah dalam kriteria benar-salah. Apakah mengkuti keinginan publik akan suatu isu, atau menuruti pemilik media akan kepentingan bisnis yang berlawanan, termasuk memperhatikan persaingan dibidang media massa yang semakin kompetitif.
Sekali lagi, konglomerasi media melalui merger dan akusisisi adalah solusi awal bagi kesulita media massa saat ini, meski tidak memberikan resolusi permanen akan persoalan ketertundukan kepentingan mana yang akan disuarakan.
Sejatinya, jawaban tersebut akan bergantung pada aspek profesionalisme dan tanggungjawab pada kepentingan yang lebih besar. Persoalannya, tidak ada definisi mutlak akan hal kepentingan tersebut, hal ini adalah dilema abadi yang akan membentuk kesejarahan media massa dikemudian hari.