Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Masalah dalam Pendekatan Filsafat

19 Mei 2018   08:36 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:43 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerak perkembangan dalam ilmu pengetahuan serta kehidupan manusia, dimulai dengan menemukan masalah. Tidak mudah!.

Masalah lantas bermula sebagai persoalan yang harus diselesaikan, dengan mendapatkan esensi kebenaran dalam masalah tersebut.

Persoalan terbesarnya adalah, bagaimana kita memandang sebuah masalah sebagai masalah yang perlu ditinjau lebih mendalam? Apakah kita tidak sedang mencari-cari masalah?.

Lantas masalah seperti apa yang perlu kita lakukan pembahasan lanjutan?.

Karena pada hakikatnya, manusia tidak akan mampu menjawab semua masalahnya, dengan demikian penentuan masalah ditekankan pada aspek pragmatis pertimbangan ekonomis.

Hal tersebut dimaknai, bahwa urutan prioritas masalah, ditempatkan sebagai fungsi dari efektifitas waktu, sumberdaya dan dampak kebermanfaatan.

Penemuan masalah sendiri adalah sebuah momentum awal yang krusial dan menentukan.

Melihat sebuah permasalahan tidak hanya melihat realitas fisik semata, memerlukan pendekatan spesifik.

Identifikasinya dapat diindikasikan melalui kehadiran kondisi anomali yang menggugah keingintahuan, dapat disertai dengan data-data empirik.

Tetapi kumpulan fakta semata, tidaklah cukup untuk merumuskan masalah dan memformulasikan solusi.

Perlu dibentuk sebuah hipotesis yang menjadi kesimpulan tentatif, didalamnya terdiri sebab -cause dan akibat -implication.

Tidak berhenti disitu, solusi masalah sebagai jawaban atas temuan permasalahan hanya dapat berubah melalui pendekatan imajinasi kreatif.

Newton, melihat masalah apel jatuh sebagai bagian dari kerangka besar sistem tatasurya yang saling berinteraksi dan mempertahankan posisi masing-masing, lalu teori gravitasi mengemuka.

Meski tidak mekanistik, alur kerja pengetahuan dimulai dengan abnormalitas, disertai timbulnya krisis menuju terbentuknya revolusi sebagai ilmu normal baru ala Thomas Kun.

Lebih mendasar, perlu pemaksimalan kemampuan menggunakan indera, sebagai sarana mencapai permasalahan, termasuk penglihatan lantas pendengaran dalam memahamkan situasi dan kondisi masalah yang terjadi.

Setelah ilmu didapatkan, maka penggunaannya bergantung kembali kepada kita. Tentu sebaik-baiknya memberi manfaat bagi manusia lain.

Bisa saja berkebalikan, seperti Alfred Nobel yang menemukan penggunaan dinamit. Dikemudian hari difungsikan sebagai alat bantu perang, yang justru bertentangan dengan azas kemanusiaan. Meski Nobel mendonasikan seluruh kekayaan dirinya untuk penghargaan atas perdamaian yang bisa jadi tercerabut karena dinamit temuannya.

Manusia dibedakan berdasarkan kemampuannya melihat dan menghadapi masalah, jadi respon kita terhadap masalah adalah indikasi derajat keberadaan kita sebagai mahluk berpengetahuan!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun